Allah Swt. berfirman, Maka jangan sekali-kali kamu teperdaya dengan kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah (QS Luqman [31]: 33). Dia Swt. juga berfirman, Tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri, hanya menunggu, meragukan (janji Allah), dan ditipu oleh angan-angan kosong (QS Al-Hadid [57]: 14). Ketahuilah! Dua firman Allah tersebut merupakan dalil yang cukup bagi kita untuk mencela ketertipuan oleh diri sendiri. Apalagi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam juga pernah bersabda, “Orang yang cerdas (kayyis) adalah orang yang senantiasa mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk kehidupannya sesudah mati. Adapun orang yang dungu adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berkhayal Allah akan mengampuninya (padahal ia tidak mau bertobat).”2
Keteperdayaan merupakan kebodohan, tetapi tidak semua kebodohan adalah keteperdayaan. Keteperdayaan adalah ketenteraman hati dalam mengikuti hawa nafsu, sebagai akibat dari tipu daya setan.
Kebanyakan manusia teperdaya. Keteperdayaan sebagian dari mereka lebih jelas dan lebih besar daripada sebagian yang lain. Yang paling jelas dan paling besar adalah keteperdayaan orang-orang kafir dan orang-orang fasik. Berikut ini kami berikan beberapa contoh keteperdayaan mereka:
Contoh pertama: Orang-orang kafir yang diperdaya oleh kehidupan dunia.
Mereka mengatakan, “Yang kontan lebih baik daripada yang ditunda atau dicicil. Kenikmatan dunia bersifat kontan, sementara kenikmatan akhirat tidak kontan.”1 Mereka pun menyatakan, “Keyakinan (kepastian) lebih baik daripada keraguan (yang tidak pasti); dan kenikmatan dunia bersifat pasti.”
Analogi-analogi mereka tersebut cacat dan menyerupai analogi iblis. Iblis mengatakan, “Aku lebih baik daripada dia (Adam)” (QS Al-A’raf [7]: 12). Kepada mereka ini Allah memberikan isyarat, “Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azab bagi mereka dan mereka tidak akan ditolong” (QS Al-Baqarah [2]: 86).
Obat bagi tipu daya semacam ini bisa berupa iman dan bisa juga berupa pembuktian logis (burhan). Penyembuhan dengan iman berarti membenarkan firman Allah, seperti: Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal (QS Al-Nahl [16]: 86). Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik (QS Al-Qashash [28]: 60). Kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (QS Al-A’la [87]: 17). Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya (QS Ali ‘Imran [3]: 185).
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz