Ketahuilah. Engkau melalui tiga keadaan (ahwal). Pertama, keadaan saat engkau belum menjadi apa-apa (belum dilahirkan). Kedua, keadaan saat engkau tidak melihat dunia, yaitu setelah engkau mati hingga datangnya Hari Kiamat. Ketiga, keadaan saat engkau ada di antara keduanya, yaitu masa-masa hidupmu di dunia. Keadaan ini laksana masa singgah yang sangat pendek dalam suatu perjalanan yang sangat jauh. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda, “Aku tidak peduli dengan dunia. Perumpamaanku pada dunia laksana pengendara (unta atau kuda atau hewan lainnya) yang berjalan pada suatu hari yang sangat panas, lalu tampak baginya sebuah pohon. Lalu ia tidur siang sejenak di bawah pohon itu, kemudian meninggalkannya.” Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam melihat sahabatnya membangun rumah dari bambu Persia. Lantas beliau bersabda, “Aku kira (datangnya) ajal lebih cepat daripada (berdirinya bangunanmu) ini.”
Ali r.a. pernah mengirim surat kepada Salman Al-Farisi. Isinya menyatakan, “Dunia laksana ular. Badannya lunak untuk disentuh, tetapi racunnya mematikan. Palingkan mukamu dari kekaguman terhadapnya karena hanya sedikit yang bisa kau ajak bersahabat. Lemahkan keinginanmu memilikinya dengan keyakinan bahwa engkau pasti akan berpisah dengannya. Terhadap apa yang lebih menyenangkanmu, hendaknya engkau lebih berhati-hati. Bilamana pemilik dunia sudah tenang dan senang terhadapnya, suatu keburukan akan datang padanya. Wassalam.”
Hubungan antara dunia dan hati bisa mencegah manisnya ibadah. Nabi Isa a.s. pernah mengatakan, “Aku katakan kepada kalian dengan sebenar-benarnya: sebagaimana orang sakit yang tidak bisa menikmati lezatnya makanan karena parahnya sakit yang ia derita, pemilik dunia pun tidak bisa menikmati manisnya ibadah karena ia mencintai dunia.” Sebuah hadits dari Nabi Shallallah ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menyatakan, “Yang tersisa dari dunia hanyalah bencana dan fitnah. Perumpamaan amal kalian seperti bejana.Jika baik bagian atasnya, baik pula bagian bawahnya; jika busuk bagian atasnya, busuk pula bagian bawahnya.”
Nabi Isa a.s. mengatakan, “Perumpamaan pencari dunia laksana peminum air laut. Semakin banyak meminum, ia semakin haus.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda, “Dunia di akhirat nanti hanyalah seperti jari yang kalian celupkan ke laut. Perhatikan, seberapa banyak air yang didapatnya.”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz