Pada suatu ketika Rabiah Al-Adawiyah dikunjungi teman-temannya. Lalu teman-temannya itu membicarakan ihwal dunia, seraya mereka mencela dunia. Rabi’ah lalu berkata: Berhentilah menyebut-nyebut dunia. Kalau bukan karena kedudukannya di hati kalian, tentu kalian tidak banyak menyebutnya. lngatlah! Siapa yang menyukai sesuatu, ia banyak menyebutnya.” Sebuah syair mengatakan:
Aku melihat pencari dunia
Meski panjang umurnya dan memperoleh kesenangan dan kenikmatan karena dunia
Ia laksana pembangun
yang mernbangun bangunan dan rnendrikannya
Ketika bangunan itu telah berdin tegak
Tidak lama sesudahnya
Bangunan itu pun hancur binasa
Syair lain menyatakan:
Takutlah dunia digiring kepadamu
Bukankah penghujung dunia adalah kefanaan
Duniamu hanyalah ibarat bayangan
Menaungimu sejenak kemudian ia menghilang
Luqmanul Hakim berpesan kepada anaknya “Wahai anakku. Jual duniamu dengan akhiratmu, niscaya engkau mendapatkan keuntungan pada keduanya. Jangan jual akhiratmu dengan duniamu, niscaya engkau kehilangan kedua-duanya. Ibnu Abbas ra. mengatakan, “Sesungguhnya Allah membagi bumi menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk orang mukmin, satu bagian untuk orang munafik, dan satu lagi untuk orang kafir. Orang mukmin mempersiapkan bekal, orang munafik bersolek, dan orang kafir bersenang-senang.
Sebuah syair menyatakan:
Wahai peminang dunia untuk jiwanya.
Hentikan meminangnya, maka kau selamat
Yang kau pinang tak lain adalah pengkhiana
Walimahnya dekat dengan tempat meratap
Abu Darda’ menuturkan, “Bukti kehinaan dunia di sisi Allah adalah Allah tidak didurhakai oleh makhluknya kecuali di atas dunia, sementara karunia-Nya tidak bisa diperoleh kecuali dengan meninggalkannya.”
Selepas membaca firman AlIah, Maka jangan sekati-kali kalian terperdaya oleh kehidupan dunia (QS. Luqman [31]: 33). Hasan Al-Bashri mengatakan, “Siapa yang mengatakan ini? Yang mengatakannya adalah Zat yang menciptakan dunia dan yang lebih tahu tentangnya. Jauhilah oleh kalian, urusan dunia yang menyibukkan. Sesungguhnya dunia memang banyak menyibukkan. Siapa yang membuka suatu pintu kesibukan bagi dirinya, dikhawatirkan pintu itu membukakan sepuluh pintu kesibukan lain untuknya.”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz