Segolongan yang lain menyangka bahwa kabahagiaan terletak pada reputasi, pujian, dan harga diri. Mereka pun rela bersusah payah mencari uang, menghemat pengeluaran untuk makan dan minum mereka sendiri, lalu membelanjakan semua uang mereka untuk membeli pakaian yang bagus-bagus dan kendaraan mewah, dan menghiasi pintu rumah dan semua yang bisa dilihat orang, agar mereka dianggap sebagai orang kaya. Mereka mengira itulah kebahagiaan. Dengan demikian, obsesi mereka siang dan malam adalah menjaga citra mereka di mata orang lain.
Segolongan yang lain mengira bahwa kebahagiaan terletak pada kedudukan dan kemuliaan di mata manusia serta ketundukan dan penghormatan mereka kepadanya. Ia mencurahkan segenap perhatiannya untuk menarik orang lain agar tunduk kepadanya, menguasai dan memimpin berbagai wilayah, dan menjadikan perintahnya dipatuhi oleh sekelompok orang. Ia berpandangan bahwa apabila wilayah kekuasaannya luas dan seluruh rakyat mematuhinya, maka ia telah mendapatkan kebahagiaan yang tiada terkira. Itulah puncak pencariannya dan merupakan nafsu yang paling banyak menguasai orang-orang yang lalai. Ia sibuk membuat orang tunduk kepadanya dan lalai untuk tunduk kepada Allah, beribadah kepada-Nya, dan merenungkan hari akhirat tempat ia kembali.
Selain golongan-golongan itu masih ada banyak lagi golongan yang jumlahnya lebih dari 70 golongan. Semua golongan itu sesat dan menyesatkan orang lain dari jalan yang lurus. Yang membawa mereka pada semua itu adalah kebutuhan pada makanan, pakaian, tempat tinggal; dan pada saat yang sama mereka lupa pada tujuan dari penciptaan semua kebutuhan itu. Siapa yang mengerti kadar kebutuhannya terhadap tiga kebutuhan pokok tersebut dan memahami tujuan dari keberadaannya, niscaya ia hanya akan menenggelamkan diri dalam kesibukan dan pekerjaan yang jelas tujuannya, yaitu yang bertujuan untuk memelihara tubuhnya dengan makanan dan pakaian agar tidak binasa. Jika ia memenuhi kebutuhannya hanya sekadar kebutuhan pokok, niscaya ia akan terlepas dari berbagai kesibukan, hatinya terjaga dan bisa lebih banyak berzikir kepada Allah, dan perhatiannya bisa dicurahkan untuk bersiap diri bertemu Allah. Jika ia memenuhi kebutuhannya melebihi kadar kebutuhan pokoknya, ia akan mempunyai banyak kesibukan yang saling terkait satu dengan yang lain tiada henti. Maka, bercabanglah perhatiannya pada banyak hal. Barang siapa bercabang-cabang perhatiannya dalam urusan dunia, Allah tidak akan peduli kepadanya di lembah manakah Dia akan membinasakannya. Inilah kondisi orang-orang yang tenggelam dalam kesibukan dunia.
Ada satu golongan yang menyadari kekeliruan golongan-golongan tersebut. Maka, mereka pun berpaling dari dunia. Tetapi, setan mencemburui mereka dan tidak membiarkan mereka selamat. Setan pun menyesatkan mereka sehingga mereka terbagi menjadi beberapa kelompok. Sekelompok dari mereka meyakini dunia sebagai tempat ujian dan musibah dan akhirat sebagai rumah kebahagiaan bagi orang yang sampai kepadanya, baik orang itu beribadah di dunia maupun tidak beribadah. Mereka pun berpandangan bahwa yang paling benar adalah membunuh diri mereka agar selesai dari ujian di dunia. Pandangan ini diyakini oleh pemeluk agama Hindu dari sebagian penduduk India. Mereka terjun ke atas api dan membunuh diri mereka dengan membakar diri. Mereka mengira hal itu bisa menyelesaikan derita mereka di dunia.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz