Jika pendidikan anak jauh dari pada pendidikan Islam dan iman, terlepas dari arahan religius dan tidak berhubungan dengan Allah SWT, maka anak akan tumbuh dewasa di atas dasar kefasikan, penyimpangan, kesesatan dan kekafiran. Bahkan ia akan mengikuti hawa nafsu dan bergerak dengan motor nafsu negatif dan bisikan-bisikan setan, kalau tabiat fisiknya termasuk tipe yang pasif dan menyerah, maka ia akan hidup sebagai orang bodoh dan dungu. Hidupnya seperti mati, bahkan keberadaannya seperti tidak ada. Tiada seorangpun yang merasa perduli akan hidup dan matinya.
Kemudian, jika sifat-sifat kebinatangannya dapat mendominasi dirinya, dengan sendirinya ia akan mengejar segala kesenangan dan kelezatan dengan jalan apa saja, sekalipun jalan haram. Ia tidak akan merasa malu melakukannya, bahkan hati dan akalnya tidak akan menghalanginya.
Jika sifat-sifat setan telah menguasai dirinya, ia akan memecah belah hubungan kasih sayang sesama manusia. Ia akan bangga dengan dosa, kejahatan dan akan menanamkan benih-benih permusuhan dan kebencian di tengah-tengah umat manusia.
Demikianlah orang-orang tersebut akan berputar menurut perputaran hawa nafsunya yang negatif, tunduk kepada perintah hawa nafsunya yang membutakannya dan menulikannya, sehingga ia menjadi budak hawa nafsunya, Allah SWT berfirman:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ
Artinya : “Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah SWT sedikitpun.” (QS. Al-Qashash : 50)
Ringkasnya bahwa pendidikan iman merupakan faktor yang meluruskan tabiat yang bengkok dan memperbaiki jiwa kemanusiaan. Tanpa pendidikan iman ini, maka perbaikan, ketentraman dan moral tidak akan tercapai.
Seorang filosof mengatakan: “Moral itu tidak akan tercipta tanpa adanya tiga keyakinan yakni “keyakinan adanya Tuhan, kekalnya ruh dan adanya penghitungan setelah mati.”
Sumber : Pendididkan Anak dalam Islam – Kasyful Anwar Syarwani