Jika seorang ayah membiarkan anaknya bergaul dengan teman-teman yang rusak menyerap dasar-dasar pemikiran yang sesat pula, maka tidak mustahil anak akan memperolokkan nilai religius dan dasar akhlak yang dibawa oleh agama dan syari’at.
Seorang ayah atau pendidik, jangan sampai menyianyiakan waktu, membiarkan berlalu begitu saja tanpa upaya membekali anak dengan berbagai keterangan, petunjuk dan nasehat yang mengarahkan ke orientasi kepada Allah SWT, menguatkan iman dan aqidahnya. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam memerintahkan kepada orang tua untuk selalu berusaha mengarahkan anakanak kepada seluruh aspek yang bisa mengangkat derajat anak-anak, mempertebal iman dan keyakinan di dalam jiwa.
Semua itu dimaksudkan untuk menciptakan suasana kebersamaan antara bapak dan ibu di dalam mempersiapkan generasi yang sholeh dan berpendidikan. Jika ibu meremehkan kewajiban paedogogisnya terhadap anak karena alasan kesibukan dengan karir dan teman-temannya dan sering berada di luar rumah, dan di lain pihak bapaknya senatiasa menyepelekan tanggung jawabnya untuk mengarahkan dan mendidik anak-anaknya, mempergunakan waktu kosongnya untuk pergi ke tempat-tempat bermain dan minum-minum kopi bersama kawan-kawannya, maka sudah barang tentu anak akan tumbuh dewasa sebagai anak “yatim” dan hidup sebagai anak yang terasing. Bahkan mereka akan menjadi penyebab kerusakan umat secara keseluruhan.
Seorang penyair mengatakan : “Bukanlah anak yatim itu yang kedua orang tuanya telah selesai menanggung derita hidup dan meninggalkannya sebagai anak yang hina. Tetapi anak yatim itu anak yang mendapatkan seorang ibu yang membiarkannya atau seorang bapak yang sibuk.”
Apakah yang diharapkan dari anak-anak yang bapak dan ibunya berada dalam keadaan meremehkan dan membiarkan mereka? Sudah barang tentu tidak bisa diharapkan selain dari lahirnya penyimpangan dan kejahatan, karena ibu tidak memperhatikan pendidikan anaknya dan bapak meremehkan kewajiban dalam mendidik dan mengawasi anaknya.
Situasi ini akan semakin memburuk jika kedua orang tua mempergunakan seluruh waktunya untuk melakukan perbuatan dosa, bergelimang dalam hawa nafsu dan kelezatan, serta terjerumus di dalam upaya menghalalkan hal-hal yang haram, tidak diragukan lagi bahwa anak lebih menyimpang dan lebih membahayakan.
Sumber : Pendididkan Anak dalam Islam – Kasyful Anwar Syarwani