Ketika kita hendak menikah, kita dibayangi tanggung jawab terhadap anak yang akan lahir kelak. Jadi bukan hanya yang kita pikirkan kesenangan dan keasyikannya saja, bagaimana hidup berkecukupan, bermewah-mewah dan segala macam yang sifatnya kenikmatan duniawi semata. Sedangkan mengenai tanggung jawab dalam mendidik anak menurut agama tidak terbayangkan. Dewasa ini kita tidak pernah mendengar “pendidikan praktis secara Islami” menjadi omongan di lingkungan kita.
Dari hadits Rasulullah di atas dapat diperoleh beberapa prinsip pra perkawinan. Pertama, kualitas kesehatan fisik calon istri harus diperhatikan. Paling tidak untuk memperoleh anak yang baik tentu perlu memilih wanita-wanita yang potensial tidak mengandung penyakit menahun. Karena setiap orang tentu tidak ingin anaknya kelak sakit-sakitan. Kedua, setiap orang tentu tidak suka terhadap wanita yang mempunyai tabiat dan akhlaq rendah (murahan) untuk menjadi calon ibu anaknya, sehingga kelak anaknya akan menjadi orang yang berakhlak rendah pula, Allah berfirman dalam Al qur’an surat Nur : 26
الْخَبِيْثَاتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ
Artinya : “Wanita-wanita yang buruk itu untuk laki-laki yang buruk. Dan laki-laki yang buruk untuk wanita-wanita yang buruk, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik.”
Dalam ayat ini dinyatakan, kalau seorang laki-laki yang benar-benar baik, memilih wanita yang tidak baik, berarti menyalahi sunnatullah. Tidak baik di sini dalam arti akhlaknya. Allah sendiri sudah menggariskan : Wanita-wanita yang berakhlak baik itu adalah untuk laki-laki yang berakhlak baik. Sedangkan wanita-wanita yang rusak akhlaknya untuk laki-laki yang rusak akhlaknya. Kalau melanggar sunnatullah sudah tentu yang kita peroleh adalah malapetaka.
Kalau seorang ayah mengeluh karena anak-anaknya menjadi orang-orang jahat, padahal dirinya baik, semestinya dia intropeksi diri: “Saya dulu memilih istri saya, ibu anakanak saya sekarang ini, akhlaknya baik atau tidak? Bila tidak, berarti saya sudah salah menanamkan bibit, sehingga sekarang ini saya juga memperoleh buah yang rusak.” Hal ini perlu dipikirkan sebelum melangkah menjadi seorang suami atau seorang bapak. Demikian besarnya tanggung jawab yang diperingatkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, kepada calon orang tua, “Kalau anak kita kurang ajar kepada kita, jangan salahkan anak kalau anak-anak berani melawan bapaknya, jangan salahkan anaknya.” Kita bertanya dulu kepada diri sendiri, apakah dahulu kita sudah memenuhi tanggung jawab kita kepada anak-anak atau belum? yakni sebelum kita menikah, bagaimana kita memilih calon ibu anak-anak itu? Nah, hal ini perlu diperhatikan.
Sumber : Pendididkan Anak dalam Islam – Kasyful Anwar Syarwani