Kehakiman dan kepemimpinan adalah dua hal yang dibutuhkan manusia dalam urusan agama mereka. Begitu juga nasihat dan pendidikan. Ucapan yang menyatakan. “Laranganmu menyebabkan kemandegan Ilmu.” adalah pernyataan yang keliru. Sebab, larangan Rasulullah untuk menginginkan jabatan sebagai hakim tidak berarti perintah untuk meniadakan hakim. Bahkan seandainya manusia dikurung dan dibelenggu agar tidak mencari ilmu—yang dengannya manusia bisa memperoleh kepemimpinan—pasti mereka akan bisa keluar dari kurungan dan memutuskan rantai-rantai yang membelenggu mereka. Allah pun sudah berjanji bahwa Dia akan menolong agamanya melalui orang-orang yang tidak baik. Kemudian, seandainya dalam suatu negeri ada sekelompok orang yang semuanya tidak mau berhenti berceramah, lalu hanya satu yang ceramahnya bermanfaat bagi umat maka kami tidak akan melarangnya. Kami hanya akan katakan kepadanya. “Teruskan dan beriuanglah (untuk tidak tergelincir dalam cinta kedudukan dan riya).” Seandainya ia menjawab. “Tapi aku tidak sanggup.” Kami akan katakan. “Teruskan dan berjuanglah.” Sebab, seandainya ia meninggalkan kegiatannya, niscaya semua orang celaka karena tidak ada satu pun yang menjalankan kegiatan ceramah tersebut. Seandainya si penceramah secara istiqamah melakukan kegiatan ceramahnya dengan tujuan mencari kedudukan, dia sendiri yang celaka. Keselamatan agama banyak orang lebih kita sukai daripada keselamatan agama penceramah itu sendiri.
Penceramah adalah orang yang mengajak manusia mencintai akhirat dan mengajak mereka menganggap remeh dunia dengan ucapan dan perilakunya. Apabila penceramah menggunakan kali mat-kalimat yang berisi kemilau dunia, bersajak, dan berrima seperti puisi, tetapi substansinya tidak untuk memuliakan agama, bahkan berisi khayalan-khayalan dan ungkapan-ungkapan yang memberanikan manusia untuk bermaksiat maka suatu negeri harus dibersihkan dari mereka. Sebab, mereka adalah wakil-wakil dajjal dan para penerus setan.
Mungkin engkau bertanya: bukankah ada banyak hadits yang memotivasi kita untuk menyampaikan nasihat dan ilmu? Misalnya, sabda Rasulullah Saw, “Sekiranya Allah memberi petunjuk kepada satu orang dengan perantara dirimu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah.” “Siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, baginya pahala yang sepadan dengan pahala orang yang mengikuti seruannya,”
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz