Golongan yang kedua, mereka tidak lari dari dunia jika disodorkan dan datang kepada mereka. Tetapi mereka menerima dan membagikannya kepada orang yang berhak menerima dan membutuhkannya dengan segera tanpa menunggu atau menunda nunda. Mereka adalah orang-orang yang kuat dari golongan Allah SWT dan para khalifah-Nya dikalangan para hamba-Nya. Mereka mengikuti Rasulullah Shalallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa salam dan menjadikannya sebagai suri tauladan.
Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa salam tidak lari dari dunia ketika mendatanginya. Tetapi beliau menginfakkannya di jalan Allah SWT dan menempatkannya sesuai dengan perintah serta anjuran Allah SWT. Beliau pernah memberi seratus unta kepada seseorang, memberi kambing yang memenuhi di antara dua gunung kepada seseorang yang lain, dan memberikan kepada Abbas ra harta yang banyak sehingga ia kesulitan untuk membawanya.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa salam bersabda:
وما يسرني أن لي مثل أحد ذهبا، تمضى على ثلاثة أيام وعندي منه قيراط الا ان اقول به في عبادالله هكذا وهكذا
Artinya: “Tidak membahagiakanku jika aku memiliki emas sebesar Gunung Uhud dan telah berlalu tiga hari sedangkan aku masih mempunyai satu qirath (1/6 dinar) kecuali aku membagikannya kepada hamba Allah SWT sekian dan sekian.”
Inilah kehidupan Rasulullah Shalallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa salam, beliau hidup beserta keluarganya dengan kehidupan orang-orang fakir. Hidup hanya dengan kurma dan air, atau roti dan gandum tanpa diayak. Begitu juga perjalanan hidup para Khulafa’ ar-Rasyidin setelah Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa salam. Sayyidina Abubakar, Umar, Usman, dan Ali rhm.
Mereka tidak lari dari dunia ketika dunia datang kepada mereka dan tidak pula mereka menahannya untuk dinikmati. Namun mereka mengeluarkannya segera dan tetap berada dalam keadaannya yang penuh dengan kekurangan. Kisah mereka yang seperti itu tertulis dan tersebar.
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad