Sesungguhnya orang yang mencari dunia dengan tujuan semacam ini, ia tergolong yang mementingkan dan mengejar materi dunia, baik ia mendapatkan apa yang dicari dan dicita-citakannya ataupun tidak.
Jika seseorang mencari dunia dengan tujuan berbuat baik dan bersedekah, diserukan kepadanya: “Wahai para pencari dunia untuk berbuat baik, jika engkau meninggalkannya maka akan lebih dan akan lebih baik!” Lalu bagaimana keadaan orang yang mencarinya hanya semata untuk bersenang-senang dan menikmati kelezatannya yang sementara?
Maka cara yang selamat dalam mencari dunia adalah yang bertujuan untuk menjaga harga diri dan mencukupi kehidupannya. Jika ia mendapatkan kelebihan dari kebutuhannya maka ia keluarkan untuk kehidupan akhirat dan menjadikannya simpanan untuk dirinya di sisi Allah SWT.
Adapun orang miskin yang mencari dunia, jika ia mendapatkannya ia mengumpulkan dan tidak mau mengeluarkannya, jika ia tidak mendapatkannya ia merasakan kerugian dan benar-benar sedih serta menyesal atas hilangnya dunia, maka semua itu adalah keadaan yang menghinakan dan ia tidak tergolong orang-orang yang beruntung kelak.
Lebih-lebih jika ia sibuk dan mencarinya hingga melalaikan ketaatannya kepada Allah SWT dan mempersiapkan bekal akhiratnya. Dikhawatirkan ia digolongkan ke dalam orang yang disebutkan dalam sebuah ungkapan: “Orang yang paling celaka adalah orang yang digabungkan oleh Allah SWT dalam dirinya kemiskinan di dunia dan adzab di akhirat.”
Jadi kefakiran yang disertai dengan kesabaran, merasa cukup atas pemberian Allah SWT, dan rela terhadap ketentuan Allah SWT terhadap hamba-Nya yang memilihkan untuknya sedikit harta bukan yang banyak dan kesempitan bukan kelapangan adalah kenikmatan yang teragung dan kedudukan yang utama.
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad