Hujjatul Islam al-Imam al-Ghazali rhm. berkata tentang orang-orang yang memiliki sifat seperti di atas: “Ini adalah orang yang mengalami kehancuran dan termasuk orang-orang bodoh lagi tertipu. Sebab harapan untuk bertaubat tertutup baginya, karena ia merasa dirinya termasuk orang-orang yang baik.”
Orang tersebut termasuk orang yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam:
أنا من غير الدّجّال أخوف عليكم من الدّجّال
Artinya: “Ada sesuatu selain dajjal yang lebih aku takutkan atas kalian dibanding dajjal. “
Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam ditanya: “Siapakah dia wahai Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menjawab:
العلماء السّوء
Artinya: “Para ulama yang berperangai buruk’
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam telah bersabda:
من طلب علما ممّا يبتغي به وجه اللّه لا يطلبه إلاّ لينال به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنّة يوم القيامة
Artinya: “Barangsiapa yang mencari ilmu yang seharusnya dicari dengan ikhlas karena Allah, tetapi ia tidak mencarinya kecuali hanya untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mencium bau surga di hari kiamat kelak.”
Maksud dari bau surga adalah aromanya, seperti yang disebutkan dalam hadits:
يوجد من مسيرة جمسمائة عام
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda:
من طلب العلم ليجادل به العلماء و يماري به السفهاء، و يصرف به وجوه النّاس إليه أدخله الله النّار
Artinya: “Barang siapa yang menuntut ilmu untuk berdebat dengan para ulama, membantah orang-orang bodoh serta untuk mengalihkan perhatian orang kepadanya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.”
Disebutkan dalam sebuah riwayat, ada seseorang yang menemani Nabi Musa as dan selalu bersamanya hingga menimba ilmu darinya. Kemudian ia selalu berkata: Musa kalimullah22 bersabda kepadaku, Musa pilihan Allah swt bersabda kepadaku, hingga dia menjadi kaya dan melimpah hartanya. Nabi Musa as kehilangan dirinya dan selalu menanyakan keberadaannya, tetapi tidak mendengar kabar tentangnya. Hingga datanglah seseorang kepadanya dengan tangan membawa seekor babi yang di lehernya ada seutas tali hitam. Nabi Musa as pun menanyainya: Apakah engkau pernah melihat orang yang sedang kucari?”
Orang itu menjawab: “Ya. la adalah babi ini.”
Lalu Nabi Musa as berdo’a kepada Allah swt agar mengembalikannya pada wujud yang semula untuk bertanya sebab peristiwa yang menimpanya. Maka Allah swt berkata kepadanya: Wahai Musa meskipun engkau berdo’a kepada-Ku dengan do’a Adam dan yang setelahnya. Aku tidak akan mengembalikan wujudnya. Tetapi Aku akan memberitahukan kepadamu kenapa Aku berbuat demikian padanya? Karena dia mencari dunia dengan agama.”
Dan yang lebih berat dari riwayat di atas adalah yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal ra dalam riwayat yang mauquf23 dan marfu24 bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda:
مِنْ فِتْنَةِ العَالِمِ أَنْ يَكُونَ الكَلاَمَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ الإِسْتِمَاعِ
Artinya: “Termasuk ujian seorang ulama adalah, lebih menyukai berbicara daripada mendengarkan.”
Ketika dalam berbicara ada perhiasan dan kelebihan, dan pembicara tidak akan luput dari kesalahan. Sedangkan dalam diam terdapat keselamatan dan ilmu. Cukuplah pembahasan riwayat yang disebutkan di atas.
Dalam riwayat tersebut terdapat ancaman yang besar, yang tidak kami sebutkan agar menjadi ringkas. Di dalamnya disebutkan tentang tingkatan neraka dan di setiap tingkatan terdapat segolongan ulama yang berperangai buruk. Mereka disifati dengan sifat yang sangat jelek dan bodoh, yang disebutkan dalam bab ilmu pada Kitab Ihya’ Ulumuddin.
——————-
22 Kalimullah adalah yang berdialog langsung dengan Allah swt.
23 Sebuah hadits yang dinisbatkan kepada sahabat baik berupa ucapan, perbuatan atau pernyataan dalam keadaaan bersambung silsilah perawi haditsnya atau tidak. Contohnya seperti: Berkata Ibn Umar ra:……
24 Sebuah hadits yang dinisbatkan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa alihi wa shohbihi wasallam baik berup ucapan, perbuatan atau pernyataan dari seorang sahabat atau tabi’in atau generasi setelah mereka, dalam keadaan bersambungsilsilah perawi haditsnyaatau tidak. Contoh seorang sahabat berkata: “Rasulullah saw bersabda atau berbuat seperti itu.”
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad