Bagi seorang ulama dan orang terpelajar ketika mengajar dan menuntut ilmu agama, yang merupakan ilmu syariat, adalah wajib baginya untuk tidak menginginkan sesuatu kecuali Allah swt dan kampung akhirat. Merupakan kewajiban dan keharusan ketika mengamalkan ilmu, menyebarkan dan mengajak kepadanya, agar ikhlas karena Allah swt dan mengharapkan kampung akhirat. Allah swt telah menjanjikan keridhaan dan pahala-Nya yang besar bagi orang yang melaksanakannya dan mengancam siapa saja yang meninggalkan dan tidak memenuhinya dengan murka dan adzab-Nya yang pedih.
Ada juga ilmu yang pada dasarnya tidak berkenaan dengan agama dan syariat, seperti ilmu bahasa, berhitung dan kedokteran. Dibolehkan mempelajari ilmu-ilmu tersebut, juga dibolehkan mempelajarinya dengan tujuan untuk keperluan duniawi yang diizinkan. Jika seseorang yang menguasai ilmu tersebut dan yang mempelajarinya dengan tujuan untuk kepentingan agama, maka semua dapat dijadikan sarana yang bermanfaat untuk agama, dan melindunginya. Dan dengan itu ia akan mendapat pahala dan balasan yang besar, karena setiap sarana tergantung pada tujuan.
Adapun ulama yang paling utama dan paling tinggi derajatnya di sisi Allah swt, adalah mereka yang menuntut ilmu dan mengamalkannya serta mengajarkannya karena mengharap balasan Allah swt dan hari akhirat kelak.
Tidak memiliki keinginan lain yang termasuk keinginan duniawi sedikit pun. Mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan dan keberhasilan dengan keridhaan Allah swt dan kedudukan di sisi-Nya dalam surga-Nya yang penuh pemberian. Begitu juga orang-orang yang berjalan di jalan para nabi dan Rasul-Nya serta pewaris-pewaris mereka sebagaimana yang disebutkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam :
العلماء ورثة الانبياء
“ Para ulama adalah pewaris para nabi.”
Di antara orang yang berilmu terdapat orang-orang yang ketika belajar dan mengajar, niatnya hanyalah sebatas untuk dunia. Umtuk mendapatkan pangkat, harta, kedudukan di hati orang, dan segala sesuatu kerendahan yang hina yang serupa dengan semua itu. Sedangkan ia merasakan pada dirinya keadaannya yang buruk, maksud dan niatnya yang hina, dan kelalaiannya yang tidak baik. Orang seperti ini berada dalam bahaya, dan dampak dari perbuatannya sangat menakutkan. Maka diharapkan ia segera bertaubat dan sadar dari kelalaian serta niatnya yang buruk.
Di antara orang yang berilmu terdapat pula orang-orang yang degan ilmunya memiliki niat dan tujuan untuk bersaing dan berbangga-bangga, berdebat dan berbantah-bantah, mencari peluang untuk mendapatkan kerendahan dunia dan meraih kekuasaan, mencapai kedudukan di sisi orang-orang yang berilmu dan kerendahan dunia yang hina yang seperti itu.
Sedangkan ia berbicara di dalam hatinya dan merasa bahwa dirinya dalam keadaan yang diridhai, memiliki niat yang terpuji dan kedudukan di sisi Allah swt yang tinggi, karena penampilannya yang sama dengan penampilan ulama dalam pakaian, ucapan dan keadaan mereka secara lahiriah.
Inilah seorang ulama dengan kedudukannya yang terhina dan martabat yang terendah. Ia hampir termasuk dalam kelompok orang yang disebut dalam firman Allah swt:
Artinya: “Katakanlah, apakah akan Kami bentahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu, orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka beranggapan bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Qs. al-Kahfi ayat: 103-104).
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad