Ketahuilah sesungguhnya telah dijelaskan pada pembahasan golongan kedua yang merupakan golongan orang-orang istimewa dari hamba Allah SWT, sekelumit tentang pengenalan dan peringatan yang sesuai dengan keadaan orang-orang istimewa dari para wali Allah SWT dan orang-orang yang memutuskan segala sesuatu untuk beribadah kepada Allah SWT. Semoga berkat mereka Allah SWT memberi manfaat kepada kita dan seluruh kaum muslimin serta tidak mengharamkan kita dari berkah dan do’a mereka yang mustajab.
Diwajibkan bagi setiap orang awam untuk mempelajari ilmu yang diharuskan baginya. Tidak sah dan tidak sempurna ketaatannnya kecuali dengan mempelajari ilmu lahiriyah, seperti: hukum bersuci, shalat, puasa,dan yang sejenisnya. Hendaknya ia juga mengetahui ilmu yang berkaitan dengan keimanan dan keyakinan, yang dapat membentengi orang yang meyakininya.
Yaitu ilmu tentang Allah SWT dan sifat-sifat-Nya, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, pengetahuan mengenai hari akhir, baik itu kebangkitan, hari dikumpulkannya makhluk, mizan, jalan titian, dan surga serta neraka. Maka ia akan memperoleh ilmu iman dan Islam yang dapat memperbaiki, menyempurnakan, dan melengkapi iman dan Islamnya.
Semua itu lebih didahulukan daripada kesibukan dan ketekunannya dalam beribadah. Sesungguhnya ilmu bagaikan pondasi sedangkan ibadah bagaikan bangunan, karenanya sesuatu yang didirikan tanpa pondasi tidak akan kokoh. Boleh jadi seseorang yang rajin beribadah sibuk dengan amal taat dan ibadahnya serta menghabiskan waktunya untuk semua itu, dan melelahkan dirinya, tetapi dalam kondisi seperti itu, perbuatannya tidak terkabul dan tidak mendapat pahala.
Bahkan kadang-kadang termasuk perbuatan yang tercela dan menyimpang, jika ia tidak mengetahui hal-hal yang wajib ia ketahui tentang tata cara beribadah yang ia lakukan, keabsahan dan kesempurnaannya berdasarkan ilmu iman dan Islam. Karena itu hendaknya orang yang rajin beribadah benar-benar memperhatikan, menjaga dan mengosongkan waktu untuk semua itu.
Disebutkan dalam suatu ucapan: “Barangsiapa yang menyembah Allah swt tanpa dasar ilmu niscaya kerugian yang akan menimpanya karena ibadahnya, akan lebih banyak daripada manfaatnya.” Ucapan ini benar, sesungguhnya sebagian orang yang rajin beribadah dan tidak memiliki ilmu, seringkali menunaikan ibadah dalam bentuk yang tidak sesuai dengan syariat hingga mereka berdosa. Andai saja mereka meninggalkan ibadah itu, mereka tidak akan berdosa selama ibadah itu sunnah.
Sesungguhnya ilmu adalah hal yang penting dan lebih utama dibanding ibadah dan mengosongkan waktu untuknya. Seseorang yang rajin beribadah hendaknya menjaga kehalalan makanan dan pakaian serta segala sesuatu yang ia butuhkan dalam nafkah hidupnya. Sesungguhnya ibadah disertai dengan makanan dan pakaian yang haram tidak akan diterima, sesuai dengan firman Allah SWT:
إنما يتقبل الله من المتقين
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Maidah ayat: 27).
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam bersabda:
كل لحم ثبت من سخت فالنّار أولى به.
Artinya: “Setiap daging yang tumbuh dari makanan haram, maka neraka lebih pantas baginya.”
Jadi hendaknya ia benar-benar menjaga, berhati-hati dan memelihara makanan dan pakaian serta segala kebutuhannya dari barang-barang yang haram dan syubhat9. Jika tidak maka ibadahnya cacat, dan tidak diridhai serta tidak dikabulkan.
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad