Sayyidina Umar ra mengatakan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam memandang Mush’ab bin Umair yang sedang datang dan mengenakan sabuk dari kulit kambing. Lalu Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam bersabda:
أنظروا إلى هذا الرجل قد نور الله قلبه، لقد رأيته بين أبويه يغذوائه بأطيب الطعام والشراب، فدعاه حب الله وحب رسوله إلى ماترون
Artinya: “Lihatlah lelaki ini, Allah SWT telah menyinari hatinya. Sungguh aku telah melihatnya di antara kedua orang tuanya yang selalu memberinya makanan dan minuman yang terlezat. Lalu cinta Allah SWT dan Rasul-Nya telah memanggilnya hingga seperti yang kalian lihat sekarang.”
Ketika Khabbab bin al-Arat ra sakit, beberapa sahabat ra mengunjunginya. Mereka berkata: “Bergembiralah wahai Abu Abdillah kelak engkau akan menjumpai saudara-saudaramu. “Ia pun menangis dan berkata: “Sesungguhnya aku tidaklah takut, tetapi kalian mengingatkanku pada suatu kaum dan kalian menyebut mereka sebagai saudaraku. Sesungguhnya mereka telah pergi dengan membawa pahala sebagaimana mestinya. Sedangkan aku takut pahala yang kalian sebutkan atas amal perbuatanku tidak diberikan kepadaku sepeninggal mereka. (takut berbuat karena mengharapkan dunia)”
Sahabat Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Betapa indahnya dua hal yang dibenci itu kematian dan kemiskinan. Demi Allah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam, sesungguhnya hidup hanyalah kaya dan miskin. Aku tak peduli dengan apa aku ditimpa Sesungguhnya hak Allah SWT dalam salah satu dari kedua keadaan itu wajib dipenuhi. Jika kaya, maka di dalamnya ada hak belas kasih. Jika miskin, di dalamnya ada hak kesabaran.”
Beliau juga berkata: “Jika aku kembali ke keluargaku aku tidak peduli melihat mereka dalam keadaan seperti apa, dalam keadaan lapang atau pun sempit. Jika aku bangun di pagi hari dalam suatu keadaan, aku tak pernah menginginkan berada dalam keadaan selain keadaan yang aku alami.”
Beliau berkata: “Seseorang masuk menghadap sultan bersama dengan agamanya, lalu keluar tanpa agama lagi. Beliau ditanya: “Mengapa demikian?” Maka beliau pun menjawab: “Karena ia rela dengan hal-hal yang dapat menjadikan Allah SWT murka.”
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad