Jadi orang-orang yang mengakui bersama Allah SWT ada tuhan-tuhan lain, tidak ada bukti atas pengakuannya sedikit pun. Bahkan bukti-bukti yang mereka sampaikan adalah bukti yang batil dan mustahil. Karena itu mereka mengalihkannya pembicaraannya seperti halnya Fir’aun yang terlaknat. Begitu juga Namrudz, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam perdebatannya dengan Nabi Allah Ibrahim as:
ألم تر إلى الذي حاج إبراهيم في ربه أن آتاه الله الملك.
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan).”
Sampai pada firman-Nya:
فبهت الذي كفر والله لا يهدي القوم الظالمين.
Artinya: “Lalu heran terdiamlah orang kafir itu, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” (Qs al-Baqarah ayat 258).
Ketahuilah, sesungguhnya tauhid mengesakan Allah SWT adalah kenik matan yang teragung dan terbesar serta paling bermanfaat untuk penduduk dunia dan akhirat. Maka hendaknya orang-orang yang diberi nikmat dan dimuliakan oleh Allah SWT dengan hal ini memahami nilai nikmat dari Allah SWT tersebut dan berusaha menjaga, selalu bersyukur, dan berbahagia.
Hendaknya pula ia berusaha memperkuat, mengokohkan dan menetapkan tauhidnya dengan selalu berakhlak yang baik, beramal shaleh, dan taat disertai dengan keikhlasan yang merupakan cabang dari tauhid dan buah dari iman. Juga menjaga diri dan menjauhi perbuatan yang bertentangan dengan semua ini, seperti: berakhlak buruk, beramal munkar yang dapat melemahkan iman dan menggoncangkan kehidupan di masa kini dan yang akan datang, lebih lebih lagi ketika menjelang kematian.
Allah SWT berfirman:
ثم كان عاقبة الذين أساءوا السوءى أن كذبوا بآيات الله وكانوا بها يستهزئون.
Artinya: “Kemudian akibat orang-orang yang mengejakan adalah (adzab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah SWT dan mereka selalu memperolok-oloknya.” (Qs ar-Rum ayat: 10).
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam bersabda:
لا يزني الزاني حين يزني و هو مؤمن، ولا يسرق السارق حين يسرق و هو مؤمن، و لا يشرب الخمر حين يشربها و هو مؤمن
Artinya: “Tidaklah seorang pezina berzina sedang ia dalam keadaan beriman. Tidaklah seorang pencuri mencuri sedang ia dalam keadaam beriman. Dan tidaklah peminum arak meminum arak sedang ia dalam keadaan beriman.”
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad