Dalam sebuah hadits disebutkan:
فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
Artinya: “Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah, seperti keutamaan bulan di malam purnama atas seluruh bintang-bintang” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Ahmad.)
Bersamaan dengan semua itu, tidaklah pantas bagi seorang yang berilmu dan pendakwah kepada Allah swt menjauhi wirid dan meninggalkan ibadah-ibadah sunnah. Bahkan dianjurkan agar menjadikan waktu-waktu khusus untuk melaksanakan semua itu. Meluangkan waktu untuk ibadah-ibadah sunnah terutama di malam hari dan di siang hari yang tidak digunakan untuk mengajarkan ilmu atau tidak ada seseorang penuntut ilmu yang akan mengambil manfaat.
al-lmam Malik rhm berkata: “Tuntutlah ilmu dengan cara yang tidak merugikan ibadah, dan kerjakan ibadah dengan cara yang tidak merugikan ilmu.”
Dahulu al-Imam Syafi’i membagi malamnya menjadi tiga bagian: “Sepertiganya untuk shalat, sepertiganya untuk menuntut ilmu dan sepertiganya untuk tidur.”
Hujjatul Islam al-Imam al-Ghazali rhm telah menjelasan dalam bab wirid pada Kitab Ihya’ Ulumuddin tentang cara mengatur waktu bagi orang-orang yang berilmu dan pembagiannya. Hendaknya setiap orang berilmu membaca apa yang dijelaskan oleh beliau dan mengamalkannya. Dan Allah swt berkuasa atas hidayah-Nya.
Kebimbangan-kebimbangan yang kami sebutkan dan yang sejenis dengan itu yang tidak kami sebutkan, kadang-kadang terjadi pada sebagian ulama yang bertakwa dan tunduk kepada Allah swt. Sedangkan kebimbangan-kebimbangan dan prasangka yang terjadi pada mereka yang sekedar berpenampilan seperti para ulama, yang belum mencapai takwa dan tunduk kepada Allah swt dan belum bersungguh-sungguh dalam mengamalkan ilmunya, sangat banyak dan semuanya kembali pada keadaan orang-orang yang lalai dan rusak. Kebimbangan itu menghalanginya dari mengajak ke jalan Allah swt, menyebarkan ilmu mengharap ridha Allah swt. Seperti sibuk dengan keadaan dunia dan mata pencaharian mereka, menjilat orang-orang batil pecinta dunia dan melindungi mereka, menunda-nunda dan mengulur waktu masa demi masa.14
Mereka juga selalu dalam keadaan menutupi keadaan dan kekurangan mereka, karena mereka mengira jika mereka mengajak kepada Allah swt dan akhirat sedang kondisi mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan, maka akan terlihat oleh umat manusia kekurangan, kejelekan perbuatan dan hinanya kehidupan mereka, lalu karena semua itu jatuhlah mereka dari pandangan manusia, turunlah kedudukan mereka dalam mata manusia, dan mereka tidak akan memiliki kedudukan atau penghargaan di sisi makhluk. Pada saat itu mereka menjadi orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mendirikan pangkat dan kedudukan mereka di hati manusia. Semua itu karena keinginan mereka yang besar terhadap kedudukan yang merupakan kelezatan dunia yang terkuat, dan kekuasaan nafsu terhadap jiwa-jiwa yang mengikuti hawa nafsunya.
Dan termasuk dalam kelompok mereka yang sekedar berpenampilan seperti para ulama adalah orang-orang yang sibuk dengan ilmu dan menghasilkan sesuatu untuknya, sedangkan ilmu itu bukanlah ilmu yang berkaitan dengan mengajak kepada Allah swt dan jalan-Nya, mengingatkan kepada hari-hari pembalasan dan tanda-tanda kebesaran-Nya. janji-janji dan ancaman-Nya. Mereka menghitung diri mereka sebagai seorang ulama dan menghitung orang-orang yang memiliki keadaan seperti mereka sebagai orang-orang bodoh.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki ilmu tauhid yang rumit, dan berbelit-belit pada pembahasannya, pembahasan ilmu fikih yang jarang terjadi dan juga fatwa-fatwa yang pembahasannya serupa dengan itu, ilmu bahasa dan kesusastraan. Ilmu-ilmu ini dan yang semacam dengannya bukan termasuk ilmu yang mengajak kepada Allah swt dan jalan-Nya, menjadikan rasa takut dengan perjumpaan, janji dan ancaman-Nya, mengingatkan dari meninggalkan perintah-Nya dan menerjang larangan-Nya. Walaupun terbilang dalam kelompok ilmu, tetapi semua itu bukan merupakan ilmu yang bermanfaat untuk kalangan khusus dan umum, dan tidak mengajak pada kebutuhan manusia dalam perkara agama dan kehidupan akhirat mereka kelak. Kadang-kadang dikatakan, ilmu itu banyak sekali, dan tidak semuanya bermanfaat. Misalnya ilmu yang berkaitan dengan makanan dan bumbu adalah ilmu yang sebagian bermanfaat dan penting bagi semua orang, sebagian yang lain bermanfaat bagi sebagian orang dan sebagian yang lain berbahaya bagi sebagian atau setiap orang. Dalam pembahasan ini terdapat pembahasan yang sangat panjang.
——–
14 Mengulur waktu yaitu menolaknya dari satu waktu ke waktu yang lain hingga meninggalkannya.
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad