Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah bersabda:
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامِ مِنْ نَارٍ
Artinya: “Barangsiapa ditanya tentang suatu pengetahuan dan ia menyembunyikannya, maka dihari kiamat kelak ia akan diberi tali kendali dari api”
Bagi para ulama masa kini, hendaknya mereka tidak menyembunyikan ilmunya sampai ada orang yang bertanya kepada mereka, sebab pada masa kini kebanyakan orang suka menganggap ringan terhadap masalah-masalah agama, tidak begitu mempedulikan ilmu pengetahuan dan apa saja yang bermanfaat di akhirat, sehingga mungkin saja seorang sudah beruban jenggotnya, namun ia tidak mengetahui fardhu-fardhunya wudhu’ dan shalat.
Bahkan ilmu keimanannya pun terhadap Allah swt, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat tidak cukup, atau boleh saja dikatakan tidak mengetahui sama sekali. Kejadian ini cukup dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh para ulama jika mereka mengerti.
Seorang santri yang ingin menuju ke jalan Allah swt yang keinginannya hanya ingin mengenal Allah swt, yang ingin bebas dari segala ikatan yang menyibukkan diri dari jalan menuju Allah swt, hendaknya ia tidak menanyakan ilmu, kecuali yang ia butuhkan menurut keadaannya dan waktunya. Akan tetapi seorang penuntut ilmu yang semacam ini cukup sedikit bilangannya di masa kini.
Sebaiknya, setiap orang suka bertanya tentang ilmu pengetahuan, demi untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui dan untuk menambah khazanah yang telah ia ketahui, setiap mukmin tidak boleh berhenti mencari kebaikan, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits:
مَنْهُوْمَانِ لَايُشْبِعَانِ مَنْهُوْمُ الْعِلْمِ, وَمَنْهُوْمُ الْمَالِ
Artinya: “Ada dua penjarah yang tidak pernah merasa kenyang. Yaitu penjarah ilmu pengetahuan dan penjarah harta.”
Hal ini pernah dialami oleh seorang sufi, yaitu asy-Syeikh Daud ath-Thaa’i, ketika ia telah berkeinginan keras untuk menempuh jalan menuju Allah swt, maka ia mulai suka menghadiri majelis taklim, salah satu nya ia menghadiri majelis taklim al-lmam Abu Hanifah hampir satu tahun. Selama itu, ia ingin menanyakan beberapa masalah, tetapi ia menekan nafsunya seperti yang kami sebutkan di atas bahwa seorang santri sebaiknya tidak menanyakan ilmu pengetahuan, kecuali jika sangat mendesak.
Sebenarnya masalah-masalah yang kami sebutkan di dalam mukaddimah ini cukup banyak dalilnya, yang andaikata kami tuangkan semuanya, tentunya kami keluar dari keinginan kami untuk menerangkan secara ringkas. Meskipun demikian, apa yang dituangkan kami rasa cukup untuk menambah keteguhan dan keyakinan kita. Dan selebihnya, sebaiknya kami pasrah diri kepada Allah swt, sebab Allah-lah sebaik-baik tempat untuk berpasrah diri.
Sumber: Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad