Khalifah Umar ra sendiri banyak mengajukan pertanyaan kepada mereka yang duduk di sampingnya. Ketika ia bertanya kepada seseorang, kemudian ia memberi jawaban: “Allah SWT lah yang Maha Mengetahui”
Maka ia akan marah seraya berkata: “Aku tidak menanyaimu tentang ilmu Allah swt, namun aku bertanya kepadamu tentang pengetahuanmu, maka jawablah pertanyaanku, aku tahu atau aku tidak tahu.”
Terkadang, seorang alim bertanya kepada teman duduknya tentang apa yang diketahuinya, agar diketahui oleh yang lain, contohnya adalah pertanyaan Malaikat Jibril as kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tentang iman, Islam dan ihsan. Mungkin saja seorang yang lebih rendah pengetahuannya bertanya kepada yang mempunyai iman yang lebih tinggi, karena suatu rahasia yang sangat lembut. Contohnya adalah pertanyaan Khafitah Umar ra kepada Sahabat Hudzaifah ra tentang fitnah dan kemunafikan.
Terkadang seorang ‘alim bertanya kepada orang ‘alim yang sama, atau kepada orang dekatnva tentang sesuatu dari al-Qur’an atau hadits, untuk mengetahui apakah pengertian orang tersebut sama dengan pengertiannya, agar dapat menguatkan serta mendukung pengertiannya. contohnya, pertanyaan kholifah Umar ra kepada kelompok sahabat tentang pengertian suratan An-Nashr.
Ternyata mereka semua tidak senada pengertian nya, selain Ibnu Abbas. Hal semacam ini sering terjadi pada kalangan ulama-ulama besar di masa lalu maupun zaman sekarang ini. Sementara pertanyaan Khalifah Umar ra kepada Khalifah Ali ra adalah untuk mendapat ilmu darinya, karena Sayyidina Ali mempunyai keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh sahabat lain. Ia adalah pintu gerbang dari kota ilmu, yaitu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad