Di antara obat yang bermanfaat untuk penyakit kikir adalah merenungkan kondisi orang-orang kikir dan menyadari bahwa tabiat dasar manusia tidak menyukai orang-orang kikir dan menganggap mereka buruk. Orang yang kikir pun menganggap buruk dan tidak menyukai orang lain yang berlaku kikir, ia akan menyadari kehinaan dan keburukan sifat orang-orang yang kikir. Kemudian ia merenungkan untuk apa harta diciptakan. Apabila seseorang dengan mata hatinya telah menyadari bahwa berinfak itu lebih baik bagi dirinya di dunia dan akhirat, hatinya akan terdorong untuk berinfak. Dengan berinfak, berarti ia memaksa sifat kikir untuk hilang.
Salah satu strategi halus untuk menghilangkan kekikiran adalah dengan menipu diri sendiri dengan nama yang baik. Dengan begitu ia akan berinfak walaupun disertai sifat riya. Apabila ia sudah terbiasa berinfak dan sifat kikir telah hilang dari jiwanya, ia harus segera berpaling untuk menyembuhkan sifat riya. Cara ini seperti halnya cara menyapih anak kecil. Mula-mula ia diajak bermain-main dengan suara-suara burung agar lupa dari susu ibunya. Namun, cara ini hanya berlaku bagi orang yang kekikirannya lebih kuat daripada kecintaannya pada kedudukan dan nama besar. Apabila ia masih merasa berat berinfak walaupun disertai dengan riya, ia harus berinfak karena itu berarti penyakit kikirnya lebih kuat menancap di hatinya.
Dikatakan bahwa jasad manusia akan berubah menjadi cacing-cacing kecil. Lalu cacing-cacing itu akan memakan satu sama lain hingga tinggal dua yang tersisa. Dua ekor cacing itu kemudian saling membunuh hingga ada satu yang tersisa. Cacing yang terakhir ini akhirnya mati karena kelaparan. Sifat-sifat buruk pun demikian, bisa dipergunakan untuk menghancurkan sifat-sifat buruk yang lain. Sifat buruk yang lebih lemah dijadikan makanan untuk sifat yang lebih kuat hingga yang tersisa hanya satu sifat buruk. Kemudian sifat buruk yang terakhir inilah yang harus dimusnahkan dengan cara tidak memberinya makanan. Tidak memberinya makan artinya tidak menuruti kehendaknya. Dengan menentang kehendaknya, sifat itu akan padam, lalu mati.
Di antara kebiasan guru ruhani dalam menyembuhkan penyakit kikir pada murid-muridnya adalah ia melarang mereka mengistimewakan diri pada satu ruangan tertentu. Jika ia menganggap seorang murid mulai menyenangi ruangannya, ia memindahkannya ke ruangan yang lain. Jika ia melihat seorang murid mengagumi pakaian atau sajadahnya yang baru, ia menyuruhnya memberikan kepada murid yang lain. Dengan cara seperti ini, hati seseorang bisa menjadi jauh dari cinta dunia. Siapa yang tidak menempuh jalan ini, ia akan menyukai dunia dan mencintainya.
Alkisah, seorang raja diberi hadiah sebuah bejana yang terbuat dari permata fairuz yang dilapisi dengan intan berlian. Tidak ada satu bejana pun yang sebanding dengan bejana tersebut. Raja pun sangat senang dengan hadiah itu. Sang raja lantas bertanya kepada penasihatnya, “Bagaimana pendapatmu?” Sang penasihat mengatakan, “Ini musibah atau kemiskinan.” Raja bertanya, “Kok bisa?” Sang penasihat menjawab, “Jika bejana itu pecah, itu adalah musibah dan tidak ada yang bisa memperbaikinya. Jika bejana itu dicuri, engkau akan sangat membutuhkannya. Sebelum bejana itu dibawakan kepadamu, engkau aman dari dua kemungkinan tersebut.” Beberapa waktu kemudian, bejana itu pecah atau dicuri orang. Maka, bersedihlah sang raja atas musibah itu. Lantas ia berkata, “Benar ucapan sang penasihat. Seandainya saja bejana itu tidak pernah diberikan kepadaku!”
Siapa yang mengerti bahayanya harta, ia tidak menyukainya dan hanya mengambilnya sesuai dengan kebutuhan.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz