Penyebab kekikiran adalah cinta harta. Adapun cinta harta disebabkan dua hal.
Sebab pertama, menuruti keinginan nafsu. Keinginan nafsu tidak bisa dipenuhi kecuali dengan cinta harta dan panjang angan-angan. Apabila seseorang tidak panjang angan-angannya, mungkin ia tidak akan bersifat kikir. Tetapi barang siapa yang mempunyai anak terkadang bisa membuatnya panjang angan-angan. Jika ketakutan pada kemiskinan dan sedikitnya keyakinan terhadap datangnya rezeki berkumpul dengan sebab di atas, sifat kikir seseorang akan menjadi lebih kuat.
Sebab kedua, menyukai harta itu sendiri. Di antara manusia ada orang yang mempunyai harta yang cukup dan bahkan lebih dari kebutuhannya. Namun, hatinya tidak mengizinkan ia mengeluarkan zakat maupun berobat ketika sedang sakit karena hatinya sangat cinta kepada hartanya. Padahal ia tahu bahwa ia akan mati, lalu harta bendanya itu akan hilang atau bahkan diambil musuh. Hatinya pun tidak mengizinkan ia mempergunakan hartanya untuk makan maupun bersedekah. Ini merupakan penyakit hati yang sangat parah dan susah untuk disembuhkan, apalagi pada usia lanjut. Uang bagaikan utusan yang mengantarkan seseorang pada kebutuhannya. Maka, orang yang mencintai uang sama saja ia telah lupa pada kebutuhannya, sehingga ia justru mencintai uang itu sendiri. Ini termasuk puncak kesesatan.
Semua penyakit hanya bisa disembuhkan dengan kebalikan sebab-sebabnya. Karena itu, cinta pada (menuruti) nafsu bisa disembuhkan dengan sifat qana’ah terhadap sedikit harta dan kesabaran. Adapun panjang angan-angan bisa diobati dengan banyak mengingat mati, melihat kematian teman-teman, dan memperhatikan keletihan mereka dalam mengumpulkan harta benda lalu harta itu hilang sepeninggal mereka. Kecintaan pada anak yang membuat seseorang menjadi pelit bisa disembuhkan dengan menyadari bahwa yang menciptakan anak telah mempersiapkan rezeki untuknya. Lihatlah, betapa banyak orang yang tidak mewarisi apa-apa dari orangtuanya, tetapi mereka lebih baik hidupnya daripada mereka yang mewarisi. Kecintaan kepada anak yang membuat seseorang menjadi pelit juga bisa disembuhkan dengan menyadari bahwa jika seorang anak menjadi bertakwa dan saleh, cukuplah Allah yang akan mencukupi kehidupannya; dan jika seorang anak menjadi fasik, ia akan menjadikan harta benda orangtuanya sebagai sarana untuk berbuat kemaksiatan, lalu dosanya kembali pula kepada orangtuanya. Selain itu, hati seseorang bisa disembuhkan dengan banyak merenungkan hadits-hadits dan kisah-kisah mengenai kehinaan sifat pelit dan keutamaan sifat dermawan.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz