Kebanyakan manusia binasa karena takut akan celaan manusia dan menginginkan pujian mereka. Karena takut akan celaan manusia dan menginginkan pujian, tindak tanduk mereka tergantung pada kepentingan mereka demi mendapatkan pujian dan menghindari celaan. Hal seperti ini harus disembuhkan. Caranya dengan mencari tahu terlebih dahulu penyebab dari cinta-pujian dan benci-celaan. Penyebab pertama, merasa sempurna setelah dipuji Bila ini sebabnya, gunakanlah nalarmu. jika engkau merasa memiliki sifat seperti yang dipujikan kepadamu, ada kemungkinan bahwa engkau memang layak dipuji (seperti jika engkau dipuji sebagai orang alim dan warak) dan ada kemungkinan engkau tidak layak mendapatkan pujian itu (seperti jika engkau dipuji karena kekayaan dan kedudukanmu).
Jika pujian itu atas hal-hal yang engkau tidak layak dipuji karenanya, kegembiraanmu atas pujian itu laksana kegembiraanmu atas tumbuhan yang dalam waktu dekat akan menjadi kering dan diterbangkan oleh angin.lu Hanya orang yang kurang akalnya yang mcyenangi pujian semacam ini. Seorang pujangga berkata, “Orangyang paling gundah menurutku seorang yang senang dengan kegembiraan yang akan hilang darinya.”
Apabila pujian itu dikarenakan engkau memang layak untuk dipuji maka janganlah engkau bcrgembira. Sebab, kondisi akhir hidupmu belum diketahui. Perasaan takut akan meninggal dengan suul khatimah merupakan cara untuk berpaling dari kegembiraan atas pujian tersebut. Kemudian jika engkau bergembira karena optimis akan meninggal dengan husnu! khatimah maka hendaknya kegembiraanmu dikarenakan anugerah yang Allah berikan kepadamu berupa ilmu dan ketakwaan, bukan karena adanya pujian manusia. Sebab, pujian manusia tidak akan membuatmu lebih mulia di sisi-Nya.
Kemudian jika pujian orang kepadamu tidak benar, tidak sesuai dengan keadaan dirimu maka bergembira karena pujian itu merupakan suatu kegilaan. Maka perumpamaanmu dalam hal ini laksana orang yang dihina dengan ucapan seperti ini, “Wow, banyak sekali minyak wangi di dalam perutnya,” atau “Wangi sekali bau yang keluar apabila ia sedang membuang hajatnya.” Sedangkan ia mengetahui apa yang ada di dalam perutnya.
Iik.) engkau dipuji sebagai orang baik atau orang zuhud, sesungguhnya Allah Mahatahu akan aib dirimu dan keburukan si latum. Seandainya orang yang memujimu jujur maka kegembiraanmu hendaklah dikarenakan engkau mendapat anugerah sifat tersebut dari Allah; dan seandainya ia tidak jujur maka hendaknya engkau bersedih atas pujian tersebut.
Penyebab kedua. pujian merupakan petunjuk takluknya hati pemuji dan jalan untuk menaklukkan hati orang lain
Cara menyembuhkannya adalah seperti cara menyembuhkan kecintaan pada kedudukan. yaitu dengan memutuskan diri dari penilaian manusia dan mencari kedudukan hanya di sisi Allah. Selain itu, engkau pun hendaknya menyadari bahwa mencari kedudukan di sisi manusia dan kegembiraanmu atas pujian mereka bisa merendahkan kedudukanmu di sisi Allah.
Penyebab ketiga, adanya kedudukan yang membuat pemuji melemparkan pujian
Pujian semacam ini didasarkan pada kekuasaan yang tidak kekal dan karenanya tidak sepantasnya membuat gembira orang yang dipuji. Dampak buruk pujian sendiri lebih besar menimpa diri orang yang dipuji. Sebagian ulama salaf menyatakan, “Siapa yang gembira karena dipuji, sesungguhnya ia telah mempersilakan setan untuk masuk ke dalam perutnya.” Sebagian yang lain mengatakan, “Apabila dikatakan kepadamu. “Engkaulah orang terbaik.’ lalu ucapan itu lebih engkau sukai daripada ucapan, Engkaulah orang terburuk’ maka demi Allah, engkaulah orang terburuk.”
Diriwayatkan bahwa sebagian dari Khulaur Rasyidun pernah bertanya kepada salah seorang mengenai suatu hal, lantas yang ditanya menjawab. “Engkau. wahai Amirul Mukminin, lebih baik dan lebih tahu daripada aku.” Sang khalifah lalu marah dan mengatakan, “Sungguh. aku tidak menyuruhmu untuk memujiku!” Mereka tidak mau dipuji karena khawatir menjadi senang dengan pujian manusia dan pada saat yang sama mereka dimurkai Allah. Karena hakikat orang yang terpuji adalah orang yang dekat dengan Allah, dan orang yang tercela adalah orang yang jauh dari Allah dan dilempar ke dalam api neraka bersama dengan orang-orang yang berbuat jahat.
Apabila orang yang dipuji mcnurut Allah termasuk ahli neraka. betapa bodoh jika ia bergembira atas pujian orang kepadanya. Dan apabila ia termasuk ahli surga menurut Allah maka tidak sebaiknya ia bergembira. kecuali atas anugerah yang dilimpahkan Allah kepadanya. |ika seseorang menyadari bahwasanya rezeki dan ajal ada di tangan Allah Ta’ala maka sedikitlah perhatiannya pada pujian manusia dan celaan mereka. Dan akan gugur dari hatinya kecintaan pada pujian manusia. bahkan ia akan menyibukkan dirinya dengan perkara yang bermanfaat dalam urusan agamanya. Hanya Allah yang bisa memberi petunjuk dengan rahmat-Nya.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz