Bisyir AI-Hafi berkata: “Barangsiapa yang memohon dunia kepada Tuhannya berarti ia telah memohon pada-Nya untuk berdiri lebih lama di hadapan-Nya, yaitu untuk dihisab pada hari perhitungan.”
Beliau pernah membawakan sebuah syair:
Aku bersumpah demi Allah SWT, beberapa butir kurma
Dan seteguk air sumur yang asin
Iebih baik bagi seorang mukmin dari pada sifat tamaknya
Dan darimengharap kepada orang-orang kikir yang berwajah kusam.
Cukuplah hanya dengan Allah SWT niscaya engkau menjadi kaya
penuh dengan kepuasan atas keuntungan yang kau peroleh
Tidak mengharap dunia merupakan kemuliaan dan ketakwaan adalah diatas segalanya
Keinginan jiwa terhadapnya adalah aib yang nyata
Barangsiapa yang menuruti kemauan dunia
Maka suatu saat dunia akan menyembelihnya
Beliau juga membawakan dua syair milik salah seorang salaf, semoga Allah SWT meridhai mereka semua:
Terhinalah orang yang memuliakan dunia Kelak di hari kiamat ditempat yang hina Sedangkan orang yang menganggap hina dunia ini Kelak ia akan menjadi mulia
Dhirar bin Dhamrah menceritakan ke-pribadian Imam Ali kw: Beliau adalah orang yang tidak suka akan kemewahan dunia dan kemegahannya, lebih senang dengan malam dan kegelapannya, dan aku bersaksi bahwa aku telah melihat beliau di suatu hari, kala itu malam sudah menebarkan tirainya dan bintang-bintang memancarkan cahayanya, beliau berbolak-balik bagaikan orang yang gelisah, menangis bagai rintihan orang yang mengalami kesedihan mendalam, sambil memegang janggutnya beliau berkata: “Wahai dunia tipulah orang selain aku, engkau pamerkan dirimu padaku, ataukah engkau berhias untukku?, sungguh aku telah mentalakmu tiga talak yang tidak akan ruju* (kembali) lagi, umurmu pendek, tempatmu hina, dan bahayamu besar. Ah…. Ah…. Betapa sedikitnya bekalku, jauhnya jalan yang akan kutempuh, dan sunyinya perjalanan
Salah seorang salaf berkata: “Sungguh kasihan anak Adam, ia rela tinggal di suatu tempat di mana barang halal didalamnya ada hisab (perhitungan), yang haram ada siksaannya, apabila ia mengambilnya dari jalan yang halal maka ia akan diperhitungkan atas kenikmatannya, jika ia mengambil dari jalan yang haram, niscaya ia akan di siksa karenanya.”
AI-Makmun ra berkata: “Tidak seorangpun dari golongan para penyair yang bisa mensifatkan dunia lebih baik dari pada apa yang dibawakan oleh Al Hasan bin Hani’ dalam syairnya:
Jika orang pintar menguji dunia maka terungkaplah
Baginya bahwa ia adalah musuh yang bersembunyi dalam pakaian teman
Manusia tak lain adalah keturunan orang binasa putra orang yang binasa
Dan keturunan dari orang yang binasa juga bakal binasa
Yahya bin Muadz ra berkata: “Jadikanlah pandanganmu terhadap dunia sebagai pelajaran, sikap zuhudmu sebagai ujian bagi dirimu, dan kebutuhanmu terhadapnya hanya karena terpaksa.”
Beliau juga berkata: “Aku tinggalkan dunia ini karena banyak kesusahan didalamnya, sedikit manfaat yang ada padanya, cepat sekali hancurnya, dan karena kejahatan oran-orang yang bersekutu dengannya.”
Beliau juga berkata: “Dunia ini adalah warungnya iblis, siapapun yang mengambil sesuatu darinya, maka ia akan mengikutinya sampai ia dapat merampasnya kembali. Dunia dari sejak awal sampai akhirnya tidak sebanding dengan rasa susah yang hanya sebentar, lalu bagaimana dengan rasa susah yang kau rasakan sepanjang usiamu jika dibandingkan dengan sedikitnya bagian yang kau peroleh dari dunia ini?”
Salah seorang shalihin berkata:
Barangsiapa yang memuji dunia atas kehidupan yang menyenangkannya
Suatu soal pasti ia akan mencelanya
Ketika dunia meninggalkannya dia merasa kecewa
Tetapi begitu datang padanya timbullah bermacam kesusahan
Pernah suatu ketika khalifah Harun Al-Rasyid meminta pelayannya agar membawakannya segelas air, lalu air dihidangkan di hadapannya, pada saat itu Ibnu Sammak ada di hadapannya, lalu ia berkata kepadanya: “Bagaimana pendapatmu bila engkau tidak mungkin (terhalangi) dari mendapatkan air ini, apa engkau akan membelinya dengan seluruh harta yang engkau miliki?!” “Ya.”jawab Harun Al Rasyid, selanjutnya Ibnu Sammak mengatakan:
“Ah…ternyata dunia ini tidaklah berharga dibanding dengan seteguk air.”
Salah seorang terdahulu yang dikaruniai umur panjang pernah ditanya: “Beritahulah kami tentang Sifat dunia,” Ia menjawab: “Sebuah rumah yang memiliki dua buah pintu, aku masuk dari salah satu pintu dan keluar dari pintu yang lain, aku melihat beberapa tahun bencana dan beberapa tahun kemakmuran, ada kelahiran dan ada kematian, jika tidak karena orang yang melahirkan niscaya tidak seorangpun yang tinggal di dunia ini, dan jika tidak karena kematian niscaya dunia tidak akan mencukupi menampung mereka.”
Seorang bijak berkala: “Dunia pasti akan hancur, dan yang lebih hancur darinya adalah hati orang yang memakmurkannya. Sedangkan akhirat sangatlah makmur, dan yang lebih makmur darinya adalah hati yang mencarinya.”
Seorang bijak yang lain ditanya: “Milik siapakah dunia ini?” ia menjawab: “Milik orang yang meninggalkannya.” Ia ditanya: “Lalu akhirat milik siapa?” Ia menjawab: “Milik orang yang mencarinya.”
Salah seorang zuhud pernah ditanya: “Bagaimana pandanganmu terhadap dunia?” Ia menjawab: “Menjadikan Tubuh semakin lapuk, memperbarui angan-angan, mendekatnya kematian dan menjauhnya apa yang dicita-citakan,” lalu ditanyakan lagi padanya: “Lalu bagimana keadaan penghuninya?” Ia menjawab: “Siapapun yang memperolehnya ia akan merasakan susah, dan siapapun yang tidak memperolehnya juga merasa susah.”
Sungguh indah gubahan salah seorang penyair:
Aku perhatikan dunia ini, siapapun yang memilikinya
Semakin bertambah banyak semakin tersiksa pemiliknya
Siapapun yang memuliakannya akan rendahlah derajatnya
Sebaliknya Mulialah derajat orang yang merendahkannya
Jika engkau tidak membutuhkannya maka tinggalkanlah
Dan ambillah sebatas yang engkau butuhkan
Imam Ghazali mengatakan dalam kitabnya Ihya’: “Amma ba’du, sesungguhnya dunia adalah musuhnya Allah SWT dan musuh para wali Allah SWT, serta musuh bagi musuh-musuh Allah SWT”.
Adapun dunia ini menjadi musuh Allah SWT, disebabkan ia yang memutuskan hubungan hamba Allah SWT yang akan menuju kepada-Nya, oleh karena itu Allah SWT tidak memandang kepadanya sejak permulaan diciptakannya.
Adapun ia menjadi musuh bagi para wali Allah SWT disebabkan ia selalu berupaya menghias diri di hadapan mereka dan berusaha menenggelamkan mereka dalam kemegahan dan kemewahannya, hingga diwaktu menghindarinya mereka merasakan betapa pahitnya kesabaran dalam menghadapinya.
Adapun ia menjadi musuh bagi para musuh Allah SWT disebabkan Ia menipu mereka dengan tipu dayanya dan menjebak mereka dalam perangkapnya, hingga mereka percaya dan sangat bergantung kepadanya. Dan membiarkan mereka dalam memenuhi kebutuhannya dengan sangat berlebihan dari yang semestinya, hingga pada akhirnya mereka hanya memperoleh penyesalan yang sangat mendalam yang mereka rasakan di hati mereka, dan ia menghalangi mereka dari kebahagiaan abadi untuk selama-lamanya, mereka pun merasa sangat menyesal karena berpisah dengannya, disebabkan tipu dayanya mereka meminta pertolongan tetapi mereka tidak mendapatkan pertolongan, justru dikatakan kepada mereka:
قال اخسؤوا فيها ولا تكلمون
Artinya: “Tinggallah dengan hina didalamnya, dan jangan lah kamu berbicara dengan Aku.”
(Qs. Al-Mu’minun: 108)
أولئك الذين اشتروا الحياة الدنيا بالآخرة فلا يخفف عنهم العذاب ولا هم ينصرون
Artinya: “Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan mereka dan mereka tidak akan ditolong.” (Qs. Al-Baqarah: 86)
Sebenarnya, masih banyak lagi ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi yang menjelaskan tentang apa-apa yang kami utarakan pada bab ini.
Dan apa yang telah kami sebutkan tadi sudah cukup dan dapat dijadikan pelajaran dan sebagai peringatan bagi orang yang mau mempelajarinya.
Sumber : Terj. Risalatul Mudzakarah Maal Ikhwanul Muhibbin Min Ahli Khair Wad-Din
Karya al-Alamah al-Habib Abdullah bin Alwi al Haddad