Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
الزهادة في الدنيا تريح القلب والبدن , والرغبة في الدنيا تكثر الهم والحزن , والبطالة تقسى القلب
Artinya: “Hidup zuhud di dunia menyenangkan hati dan jasmani, sedangkan tamak terhadap dunia memperbanyak kesusahan dan kesedihan, sedangkan kemalasan dapat mengeraskan hati.”
إن النور إذا دخل القلب إنشرح له وانفسح , قيل : فهل لذلك علامة ؟ قال عليه الصلاة والسلام : التجافى عن دار الغرور والإنابة إلى دار الخلود والإستعداد للموت قبل نزوله
Artinya: “Sesungguhnya cahaya jika masuk kedalam hati, ia menjadi lapang dan luas, beliau ditanya: “Apakah hal itu mempunyai tanda-tanda?” Beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menjawab: “Menjauhi tempat yang penuh tipuan (dunia), bersandar ke tempat yang abadi (akhirat), dan bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya.”
Dan Allah SWT mewahyukan kepada Musa as: “Wahai Musa, jika Aku mencintai seorang hamba-Ku, maka Aku menjauhkan dunia darinya, beginilah Aku perlakukan para kekasih-Ku, wahai Musa, jika engkau melihat kekayaan datang mendekat, maka katakanlah: “Inilah dosa yang disegerakan hukumannya, dan apabila engkau melihat kefakiran datang, maka katakanlah: “Selamat datang kepada tanda-tanda orang shaleh.”
Dan Allah SWT lelah mewahyukan kepada Dawud as: “Wahai Dawud, barangsiapa yang mengutamakan kenikmatan duniawinya daripada kelezatan akhiratnya, berarti ia telah bergantung pada tali yang tidak terikat, dan barangsiapa yang mengutamakan kesenangan akhiratnya daripada kenikmatan dunianya berarti ia telah bergantung pada tali yang kuat yang tidak akan terputus.”
Allah SWT juga mewahyukan kepada Isa as: “Wahai Isa, sampaikanlah kepada Bani Israil agar mereka mengingat dariku dua kalimat : “Katakanlah pada mereka agar mereka rela dengan sedikit dari harta demi keselamatan agama mereka, sebagaimana pecinta dunia rela dengan sedikitnya agama untuk keselamatan dunia mereka.”
Didalam salah satu kitab yang diturunkan Allah SWT disebutkan: “Hukuman Paling ringan yang Aku berikan pada orang alim apabila ia telah bergantung pada dunia. Aku keluarkan rasa manisnya bermunajat kepada-Ku dari hatinya,” para wali-Ku dan janganlah engkau bersikap manis kepada mereka, niscaya engkau akan memfitnah mereka.”
Telah di riwiyatkan dari Allah SWT bahwa ia berkata pada dunia : wahai dunia bersikap pahitlah kepada para waliku dan janganlah engkau bersikap manis pada mereka niscaya engkau akan memfitnah mereka.
Imam Ali karamallah wajhah berkata: “Perumpamaan antara dunia dan akhirat bagaikan antara ujung timur dan barat, tergantung engkau apabila mendekat kepada salah satunya, maka engkau menjauh dari yang lainnya. Dan bagaikan dua orang istri jika engkau menyenangkan salah satu dari keduanya, berarti engkau mengecewakan yang lainnya. Dan bagaikan dua wadah salah satunya kosong dan yang satu lagi penuh, tergantung engkau bila menuang pada wadah yang kosong, maka yang penuh pun akan berkurang.”
Beliau ra juga berkata: “Aku mendapati dunia terdiri dari enam perkara: makanan, paling enaknya adalah madu sedangkan ia adalah minuman sejenis lalat (lebah). Minuman, paling nyamannya adalah air sedangkan dia diminum oleh siapapun, baik itu oleh orang baik maupun jahat. Wewangian, yang paling harum adalah misik sedangkan ia adalah darah dari kantung menjangan. Pakaian, paling halusnya adalah sutera, dan ia adalah tenunan dari seekor ulat. Kendaraan, yang paling mewah adalah kuda, dan dialah diatas punggungnyalah banyak terbunuh orang-orang(dalam peperangan). Istri, sedangkan ia memperdulikan dalam kepedulian, sudah cukup bagimu bahwa seorang wanita ia menghias dirinya dengan apa yang paling indah yang ia miliki sedangkan yang dituju adalah yang lebih buruk dari apa yang ada didalamnya.”
Beliau ra juga berkata: “Sungguh beruntung orang-orang yang zuhud di dunia ini, yang menginginkan akhirat mereka adalah kaum yang menjadikan bumi sebagai hamparan, tanahnya sebagai tempat tidur, dan airnya sebagai wewangian, dan menjadikan doa dan Al-Quran sebagai pakaian dan syiar, mereka menolak dunia sebagaimana yang dijalani oleh Nabi Isa as.”
Mengenai hal ini, mereka bersyair: Sesungguhnya hamba-hambaAllah SWT yang fmndai Mereka menolak dunia karena takut akan fitnahnya Mereka memperhatikan dunia dan ketika mengetahuinya Bahwa ia bukanlah sebaik-baik tempat tinggal Mereka anggapnya sebagai lautan dan menjadikan Ama-amal saleh didalamnya sebagai perahu.
Said bin Musayyab berkata: “Dunia adalah kotoran dan ia lebih menyerupai segala kotoran, dan yang lebih kotor darinya adalah orang yang mengambilnya bukan pada tempatnya.”
Mutanabbi berkata dalam syairnya yang berkenaan dengan hal diatas:
Setiap sesuatu akan terlarik kepada bentuk yang sama
Dan yang paling mirip dengan kita dalam hal keduniawian adalah orang yang berperangai buruk.
Jika kemuliaan tidak dapat diperoleh kecuali orang-orang wng memiliki kedudukan
Bistilah para serdadu itu akan tetap diatas dan debu-debu akan tetap berada dibawah.
Hasan Al-Basri ra berkata: “Kematian membuka aib dunia, tidak meninggalkan kegembiraan sedikitpun bagi orang-orang yang berakal, semoga Allah SWT merahmati seseorang yang mengenakan baju yang usang, memakan roti kering, tidur dengan beralas tanah, menangisi kesalahan-kesalahannya, dan terus-menerus beribadah.”
Beliau ra juga berkata: “Jika rasa cinta pada dunia telah masuk dalam hati, maka hilanglah rasa takut pada akhirat darinya, hati-hatilah terhadap urusan duniawi yang menyibukkan, karena tidaklah seorang hamba membuka bagi dirinya salah satu pintu dunia melainkan tertutup baginya beberapa pintu amalan akhirat.”
Beliau juga berkala: “Sungguh kasihan anak Adam ia merasa kekurangan harta dan ia tidak merasa kekurangan amal. Ia gembira dengan musibah yang menimpa agamanya, dan bersedih atas musibah yang menimpa dunianya. Sedangkan dunia ini didirikan alas dasar berbagai macam penyakit, andaikan engkau terhindar dari penyakit-penyakit itu, dan sembuh, apakah engkau dapat selamat dari kematian?”
Seorang penyair berkata:
Andaikan dunia itu tunduk padamu
Bukankah kematian mendatangimu
Wahai para pencari dunia
Biarkanlah dunia untuk musuhmu
Lalu apa yang akan engkau perbuat terhadap dunia
Sedangkan naungan sejengkal sudah mencukupimu
Muhammad Al-Baqir ra berkala: “Apa artinya dunia? Dan apa yang kau harapkan darinya kelak? Bukankah ia hanyalah kendaraan yang engkau naiki, atau baju vang engkau kenakan, atau seorang wanita yang engkau nikahi?”
Wahab bin Munabbih ra berkata: “Surga memiliki delapan pintu, apabila manusia sudah berada didepannya, penjaga surga berkata kepada mereka: “Demi kemuliaan Tuhan kami, tidak seorang pun diperkenankan memasukinya sebelum orang-orang yang meninggalkan kemewahan dunia dan mereka yang merindukan surga terlebih dahulu memasukinya.”
Muhammad bin Sirrin berkata: “Dua orang saling bertikai memperebutkan sebuah tanah, lalu Allah SWT mewahyukan kepada bumi: “Katakanlah kepada keduanya,” lalu ia berkata kepada keduanya: “Wahai dua orang miskin, sebenarnya aku telah dimiliki oleh seribu orang cacat mata sebelum kalian apalagi orang-orang yang sehat.”
Sumber : Terj. Risalatul Mudzakarah Maal Ikhwanul Muhibbin Min Ahli Khair Wad-Din
Karya al-Alamah al-Habib Abdullah bin Alwi al Haddad