Aku ditanya tentang ucapan sebagian ahli tarekat. Seorang yang pernah menerima talqin dari manusia, hendaknya ia menerima pula dari Allah swt secara kasyaf dan dzauq bukan secara iman dan ilmu, bagaimana cara nya dari segi ilmu?
Ketahuilah bahwa ucapan ini berasal dari seorang ahli ma’rifat yang memberitahukan tentang keadaannya dan kesaksian-kesaksiannya ketika ia sedang fana dari alam semesta, dan ketika ia tenggelam di alam keperkasaan dan kebagusan Allah swt, ketika ia tidak memikirkan apapun selain Allah swt dan ketika ia tenggelam di lautan cahaya Allah swt.
Sehingga dirinya dan seluruh alam semesta dirasa telah lenyap, yang ia rasa pada waktu itu hanyalah ia dengan Allah swt, bagai seorang mayit dihadapan tukang mandinya, sehingga ia tidak bergerak kecuali jika ia yang menggerakkannya. Pokoknya pada saat itu ia telah lenyap dari alam semesta secara keseluruhan. Yang ada dihadapannya hanyalah Allah swt semata.
Keadaan ini sebagaimana yang digambarkan oleh seorang penyair: “Seorang pemuda yang tenggelam dalam alam kebingungannya, sehingga namanya dan nama kekasihnya pun hilang dari ingatannya. Masa terus berlalu, tetapi ia tidak tahu hitungannya, karena ia senantiasa menikmati liur kekasihnya yang masih perawan.”
Seorang yang mengalami perasaan ini lupa dari semua alam semesta, ia tidak dapat keluar dari keadaannya itu, sehingga apapun yang terjadi pada dirinya hanya Allah yang menanganinya dan yang menjaganya. Orang semacam ini telah terlepas dari beban kewajiban syari’at, karena pikirannya dan hati sanubarinya pada saat itu tidak lagi mempunyai perasaan apapun.
Para ahli hakekat sangat menginginkan datangnya kefanaan seperti itu dan kalau bisa secara terus menerus, karena kefanaan tersebut dapat melepaskan seorang dari segala terkaitannya dengan kemanusiaannya yang menyebabkan ia tidak bisa menyaksikan rahasia-rahasia Ilahi. Ketahuilah bahwa kefanaan ini jika datang, maka tidak akan lama. Jika ia datang secara lama kepada seorang, maka ia akan menyaksikan berbagai masalah yang mengagumkan dan pada puncaknya ia akan terputus secara keseluruhan dari alam semesta. Tingkatan ini akan diberikan pada orang-orang khusus, yaitu mereka yang tidak lagi mempunyai harapan nafsu sedikitpun.
Seorang diharuskan berusaha meraih tingkatan ini, yaitu dengan memperbanyak melatih dirinya dan berjuang sungguh-sungguh sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah. Seorang yang berpura-pura telah mencapai tingkatan kefanaan seperti para ahlinya, maka ia telah menipu dirinya, karena dengan cara itu ada kemungkinan ia menyepelekan hak-hak Allah swt maupun hak-hak manusia.
Sebab, para ahlinya tidak mempunyai keinginan apapun dari dunia dan tidak takut siapapun, tidak ingin menerima terima kasih maupun imbalan dari seorangpun karena ia telah memotivasikan semua kebajikannya untuk Allah swt semata dan ia tidak mempunyai keinginan lain kecuali ingin memfanakan dirinya di lautan Ilahi. Perlu diketahui bahwa seorang yang fana di lautan Ilahi, maka ia hanya berkonsentrasi sepenuhnya kepada Allah swt, sedikitpun tidak peduli kepada makhluk-Nya.
Sumber: Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad