Seorang pengemis mendatangi Syu’bah. Pada waktu itu Syu’bah tidak mempunyai apa-apa. Maka ia mencopot kayu dari atap rumahnya, memberikannya kepada sang pengemis, dan meminta maaf kepadanya.
Hudzaidah Al-‘Adawi menceritakan, “Saat Perang Yarmuk, aku mencari sepupuku (yang menjadi korban perang) dengan membawa sedikit air. Aku katakan, ‘Jika ia masih bernapas, aku akan memberinya minum dan mengusap wajahnya.’ Ketika aku sudah menemukannya, kukatakan kepadanya, Apakah engkau ingin minum?’ Ia lalu mengisyaratkan jawaban ya. Tiba-tiba seseorang berseru, Ahh….’ Sepupuku lantas memberi isyarat agar aku mendatangi orang itu dan memberinya minum. Aku pun mendatanginya dan ternyata ia adalah Hisyam bin Ash. Aku tanyakan padanya, ‘Mau minum?’ Tiba-tiba Hisyam mendengar orang lain berseru, Ahh ….’ Hisyam lalu mengisyaratkan agar aku mendatangi orang itu. Aku lantas mendatangi orang yang ia maksudkan, tetapi orang itu keburu meninggal. Aku lalu kembali kepada Hisyam, tetapi ia pun sudah meninggal. Lalu aku kembali kepada sepupuku, tetapi ternyata ia juga sudah meninggal. Semoga Allah memberkati mereka semua.”
Abbas bin Dihqan mengatakan, “Tidak ada orang yang keadaannya saat meninggalkan dunia (mati) sebagaimana keadaannya saat ia lahir, kecuali Bisyr bin Harits. Ketika ia sedang sakit, seseorang menemuinya mengeluhkan kebutuhan hidupnya. Bisyr lantas mencopot bajunya dan memberikannya kepada orang itu. Bisyr lalu meminjam baju orang lain dan meninggal dengan baju pinjaman itu.”
Sebagian kaum sufi menceritakan, “Kami serombongan keluar dari Kota Tarsus. Lalu ada seekor anjing membuntuti kami. Ketika kami sampai di pintu gerbang, kami melihat ada bangkai seekor binatang. Kami lantas naik ke tempat yang tinggi dan duduk. Ketika anjing itu melihat bangkai tersebut, ia berputar kembali ke kota. Beberapa saat kemudian ia datang lagi bersama sekitar 20 ekor anjing. Anjing-anjing yang baru datang itu lalu menyantap bangkai tersebut, sedangkan anjing yang pertama hanya duduk memperhatikan mereka. Selesai melahap daging bangkai dan hanya tersisa tulang-tulangnya, anjing-anjing itu pergi kembali ke kota. Lalu anjing yang pertama bangkit mendatangi tulang-tulang yang tersisa, kemudian memakannya, lalu pergi.”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz