Riya hukumnya haram. Orang yang berbuat riya mendapat murka Allah. Dia Swt berfirman, Maka celakalah orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya … (QS Al-Ma’un (107): 4-6).
Allah Swt juga berfirman. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan, mereka akan mendapat azab yang sangat keras dan rencana jahat mereka akan hancur (QS Fathir [35]: 10). Mujahid menyatakan, “Yang dimaksud ayat ini adalah para pelaku riya.”
Allah berfirman lagi, (Mereka berkata,) “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dan terima kasih darimu “(QS AI -Insan [76]: 9). Pada ayat ini Allah memuji orang-orang yang berlaku ikhlas, yang hanya menginginkan ridha Allah. Dia Swt juga berfirman, Maka, barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaknya dia mengenakan kebajikan, dan dalam beribadah kepada-Nya, dia tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun (QS Al-Kahf [18]: 110).
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda. “Barang siapa berbuat riya. Allah akan buka kedoknya, dan barang siapa berbuat sum’ah’, Allah akan buka pula kedoknya.”‘ Beliau juga pernah bersabda, “Sungguh, hal yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Lantas para sahabat bertanya, “Syirik kecil itu apa, ya Rasul?” Rasulullah menjawab, “Riya, ketika Allah ‘azza wa jalla memberikan pahala kepada hamba-hamba-Nya.” Dia bersabda, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian pamerkan amal kalian kepada mereka sewaktu di dunia. Kemudian lihat, apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?'” Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Allah azza wa jalla berfirman, Barang siapa beramal karena Aku dan mengikutsertakan selain-Ku dalam amalnya, amal itu seluruhnya hanya untuk selain-Ku. Aku berlepas tangan darinya dan sama sekali tidak membutuhkan sekutu.”
Adapun orang yang menjauhi riya dijanjikan oleh Rasulullah termasuk tujuh orang yang akan mendapatkan tempat berteduh di Arasy-Nya pada Hari Kiamat nanti. Dia Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “… dan orang yang bersedekah dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya hampir-hampir tidak mengetahui sedekahnya tersebut.”
Syaddad bin Aus menceritakan, “Aku melihat Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menangis. Lantas aku bertanya, ‘Apa yang membuatmu menangis, ya Rasulullah?’ Nabi menjawab. Aku mengkhawatirkan umatku akan jatuh pada perilaku syirik. Bahwa mereka tidak akan menyembah patung, matahari, bulan, dan batu, aku yakin. Aku khawatir mereka berbuat riya dalam beramal.”
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Pada Hari Kiamat nanti, orang yang suka berbuat riya akan dipanggil. Hai pelacur. Hai pengkhianat. Hai tukang pamer. Amalmu sia-sia dan tidak ada pahalanya. Pergi dan ambillah pahalamu dari orang yang kalian dulu (di dunia) beramal untuknya.” Hadits ini dilansir oleh Ibnu Abi Ad-Dunya dengan tambahan redaksi “Hai kafir. Hai orang bangkrut.” Isnad hadits ini lemah.7
Umar r.a. pernah melihat seseorang menundukkan lehernya ketika shalat. Umar lantas berkata, “Wahai pemilik leher. Angkat lehermu. Kekhusyuan tidak pada leher, tetapi hanya ada di hati.” Pernah, di suatu masjid, Abu Umamah Al-Bahili melihat seseorang menangis kala bersujud. Abu Umamah lalu mengatakan, “Engkau ini. Seandainya engkau lakukan hal seperti ini di rumahmu.”
Ali karramallahu wajhah mengatakan, “Pelaku riya mempunyai tanda. la berlaku malas bila sendirian, bersemangat di tengah orang banyak, bertambah giat jika dipuji, dan berkurang upayanya jika dicela.”
Umar r.a. pernah memukul seseorang dengan kayu kecil. Kemudian Umar berkata, “Ayo balas aku.” Orang itu mengatakan, “Tidak. Aku serahkan pembalasannya kepada Allah dan kepada Anda.” Umar lalu mengatakan, “Engkau tidak bisa begitu. Engkau serahkan pembalasannya kepadaku atau engkau serahkan hanya kepada Allah.” Orang itu lantas berujar, “Aku serahkan hanya kepada Allah.” Umar pun mengatakan, “Baguslah kalau begitu.”
Hasan Al-Bashri menceritakan, “Aku pernah bergaul dengan suatu komunitas. Apabila salah seorang di antara mereka mendapat suatu hikmah, ia tidak menceritakannya meskipun itu bisa bermanfaat baginya dan para sahabatnya. Tidak ada yang menghalanginya bercerita, kecuali karena ia takut terkenal.”
Fudhail bin lyadh mengatakan, “Dulu orang-orang memamerkan apa yang mereka kerjakan. Sekarang orang-orang memamerkan apa yang tidak mereka lakukan.” Qatadah mengatakan, “Apabila seorang hamba berbuat riya, Allah bersabda, ‘Lihatlah hambaku ini. la menghinaku.'” Malik bin Dinar mengatakan, “Ulama (qurra’) ada tiga macam. Ada ulamanya Tuhan (al-Rahman), ada ulama dunia, dan ada ulamanya para raja. Muhammad bin Wasi’ termasuk ulamanya Tuhan.” Fudhail bin lyadh mengatakan, “Siapa yang ingin melihat tukang riya, lihatlah aku.” Ibrahim bin Adham menyatakan. “Tidaklah jujur kepada Allah, orang yang ingin terkenal.”
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz