Segala puji bagi Allah, yang melihat segala rahasia hati, mengampuni dosa-dosa besar, dan mengetahui segala rahasia yang disembunyikan sanubari. Dia hanya menerima amal yang bersih dari kotoran riya dan syirik, juga hanya menerima yang murni. Sebab, Dia sungguh-sungguh sangat tidak membutuhkan persekutuan. Shalawat dan salam sebanyak-banyaknya semoga dilimpahkan kepada junjungan kita, Muhammad; juga kepada keluarga dan sahabatnya, yang disucikan dari bentuk-bentuk pengkhianatan dan pendustaan terhadap agama. Amma ba’du.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah bersabda, “Sungguh, hal yang paling ku takuti akan menimpa umatku adalah riya dan nafsu yang tersembunyi.” Riya termasuk nafsu yang tersembunyi. Ia lebih samar daripada gerakan semut hitam di atas batu cadas pada malam gelap gulita. Oleh sebab itu, para ulama pun bisa tidak menyadari tipu dayanya. Ia termasuk tipu daya jiwa yang paling akhir dan muslihat yang sangat lembut.
Para ulama dan hamba Allah diuji dengan riya. Bilamana mereka berhasil mengekang diri dari berbagai nafsu dan menjaga diri dari berbagai syubhat. jiwa mereka pun tidak sanggup lagi mengajak mereka melakukan berbagai kemaksiatan yang bersifat badaniah. Lalu jiwa pun meminta istirahat dan bersenang-senang dengan cara menampakkan kebaikan mereka Kalau permintaan itu dituruti. terbebaslah mereka dari jeri payah mengekang nafsu dan mulailah mereka merasakan lezatnya disukai orang. Maka mereka pun tidak puas hanya dilihat Allah, tetapi ingin pula disanjung manusia. Mereka pun menjadi begitu mudah meninggalkan perbuatan dosa dan ringan melakukan beratnya ibadah karena batin mereka tahu akan mendapatkan ganjaran kelezatan tiada tara berupa pujian manusia. Mereka menyangka diri ikhlas beramal, padahal jiwa mereka menyembunyikan nafsu yang samar, yaitu nafsu yang senang berpura-pura dan senang untuk mendapatkan kedudukan di hati manusia. Karena itu, menjadi suatu keharusan (bagi saya) untuk menjelaskan sebab-sebab dari nafsu yang samar ini, hakikatnya, tingkatannya, macam-macamnya, cara pengohatannya, dan cara mengindarinya.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz