Diriwayatkan bahwa hakikat dunia disingkapkan kepada Nabi Isa a.s. Nabi Isa melihat dunia dalam rupa wanita tua renta yang sudah rontok giginya, tetapi dihiasi dengan segala keindahan. la bertanya kepada dunia, “Berapa kali engkau menikah?” Dunia menjawab, “Tak terhitung.” Nabi Isa bertanya, “Mereka semua mati meninggalkanmu atau menceraikanmu?” Dunia menjawab, “Tidak. Aku membunuh mereka semua.” Lantas Nabi Isa mengatakan. “Malang sekali nasib suami-suamimu yang masih hidup. Bagaimana bisa mereka tidak mengambil pelajaran dari suami-suamimu yang telah meninggal? Engkau membunuh mereka satu per satu, lalu bagaimana mungkin mereka (yang masih hidup) tidak waspada terhadapmu!?”
Ketahuilah. Dunia tampak molek di luar, tetapi dalamnya busuk. la laksana nenek tua yang bersolek. lalu memperdaya orang dengan penampiiannya. Jika manusia memperhatikan bagian dalamnya, tampaklah bagi mereka keburukannya, lalu mereka pun menyesal telah mengikutinya. Abu Bakar bin lyasy mengatakan, “Aku bermimpi melihat dunia dalam tidurku. Ia laksana nenek tua renta yang buruk rupa dan banyak ubannya. Ia bertepuk tangan, sementara di belakangnya ada banyak orang mengikutinya, bertepuk tangan, dan berjoget. Saat berada searah denganku, ia menghampiriku dan berkata, “Seandainya aku bisa mendapatkanmu, niscaya aku buat engkau seperti mereka.” Kemudian Abu Bakar bin lyasy menangis dan berkata, “Mimpi itu terjadi saat aku belum datang ke Baghdad.”
Ketahuilah. Engkau melalui tiga keadaan (ahwal). Pertama, keadaan saat engkau belum menjadi apa-apa (belum dilahirkan). Kedua, keadaan saat engkau tidak melihat dunia, yaitu setelah engkau mati hingga datangnya Hari Kiamat. Ketiga, keadaan saat engkau ada di antara keduanya, yaitu masa-masa hidupmu di dunia. Keadaan ini laksana masa singgah yang sangat pendek dalam suatu perjalanan yang sangat jauh. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda, “Aku tidak peduli dengan dunia. Perumpamaanku pada dunia laksana pengendara (unta atau kuda atau hewan lainnya) yang berjalan pada suatu hari yang sangat panas, lalu tampak baginya sebuah pohon. Lalu ia tidur siang sejenak di bawah pohon itu, kemudian meninggalkannya.” Pada suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam melihat sahabatnya membangun rumah dari bambu Persia. Lantas beliau bersabda, “Aku kira (datangnya) ajal lebih cepat daripada (berdirinya bangunanmu) ini.”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz