Aku pernah juga ditanya tentang ucapan al-lmam al-Ghazali di dalam Kitab Asrar at-Tilawah: “Lisan sebagai pemberi nasehat, akal sebagai penerjemah dan kalbu sebagai penerima pengaruh.”
Apa yang dikatakan oleh al-lmam al-Ghazali memang jelas. Tugas lisan adalah mengutarakan rangkaian kalimat yang mengandung arti, sedangkan akal mencernanya, kemudian menyalurkannya ke dalam kalbu, dan kalbulah yang bertindak sebagai penerima pengaruh. Dalam hal ini, akal bertindak sebagai seorang wazir yang bertindak sebagai penerjemah, sebab ia berada di antara lisan dan kalbu.
Masalah yang ia sebutkan ini diperuntukkan bagi Ashabul Yamiin yaitu orang-orang yang mampu menyerap makna al-Qur’an ketika ia sedang dibaca maupun sesudahnya.
Sedangkan kaum muqarrabin, mereka dapat memahami kandungan makna al-Qur’an sebelum al-Qur’an dibaca, sebab kandungan makna al-Qur’an telah bercokol kuat di hati mereka dan ia senantiasa menyertai mereka, baik ketika al-Qur’an di baca ataupun tidak.
Sumber: Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad