Hendaknya engkau selalu menjaga adab-adab sunnah secara dzahir dan batin. Begitu juga dalam ibadah dan kebiasaan, sehingga engkau mengikuti jejak Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam rasul rahmat dan nabi pembawa petunjuk ini dengan benar-benar sempurna.
Jika engkau ingin termasuk golongan para shidikin. maka janganlah engkau memulai suatu kebiasan apalagi ibadah kecuali engkau telah mencari atau meneliti apakah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah melakukannya atau pernah dilakukan oleh salah seorang sahabat.
Jikalau engkau tidak mendapati mereka melakukan hal ini, sedangkan engkau mampu melakukannya, maka tinggalkanlah meskipun perkara yang mubah. Karena tidaklah meninggalkan hal ini tak lain karena mereka mengrtahui bahwa perkara ini baik untuk ditinggalkan. Akan tetapi apabila engkau melihat mereka melakukannya, maka pertama yang engkau harus perhatikan adalah cara mereka melakukannya dan ikutilah cara itu.
Bahkan sebagian ulama menahan dirinya tidak memakan semangka. Mereka berkata: ‘Memang aku pernah mendengar bahwa beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah memakannya, akan tetapi aku belum mendengar bagaimana cara beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam memakannya. Oleh karena itulah aku tidak memakannya.”
Telah dijelaskan pada pasal sebelum ini dan insya Allah akan diterangkan selelah pasal ini, mengenai beberapa adab yang perlu dilakukan dalam ibadah. Sekarang dalam pasal ini akan kami sebutkan beberapa adab yang perlu dijaga dalam menjalankan kebiasaan sehari-hari.
Ketahuilah, barangsiapa yang selalu menjalankan adab an-Nabawi dalam kebiasaannya, maka Allah SWT akan menjaganya dari berbuat lancang menerjang perbuatan dan akhlak yang buruk, la akan mendapatkan manfaat duniawi maupun ukhrawi yang telah Allah SWT sediakan dengan hikmah-Nya dalam kebiasaan itu.
Barangsiapa yang ingin benar-benar sempurna serta bersih dari kotoran ambisi hawa nafsu, maka hendaknya ia menyesuaikan gerak-geriknya secara dzahir maupun batin dengan peraturan syari’at, mengikuti isyarat akal dan syari’at.
Jadi. kebiasaan yang telah dihina oleh lisan para ulama sufi, maksudnya adalah memulai kebiasaan itu hanya untuk memuaskan hawa nafsu tanpa memperhatikan adab-adab syari’at.
al-lmam Hujjatul Islam lelah menyatakan dalam Kitab al-‘Arba’in al-Ashl, setelah beliau ra menganjurkan untuk mengikuti jejak Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan juga menyebutkan sedikit dari rahasia-rahasianya. Beliau ra berkata: “Ini semua dalam kebiasaan sehari-hari. Adapun dalam hal ibadah, maka aku tidak mengenal alasan apapun bagi yang meninggalkan sunnah, kecuali kekafiran yang tersembunyi atau kebodohan yang nyata. Sadarilah hal ini.’
Ketahuilah, hendaknya engkau memulai seluruh urusanmu dengan menyebut nama Allah SWT. Jikalau engkau lupa menyebutnya di permulaannya, maka jika engkau ingat bacalah: “Bismillah fi awwalihi wa akhiri.” (Artinya: “Dengan nama Allah SWT di permulaan dan akhirnya.”)
Berusahalah untuk tidak memulai kebiasaan apapun kecuali dengan niat yang shaleh. Saat memakai baju, niatkanlah menutupi auratmu yang telah Allah SWT perintahkan untuk menutupnya. Mulailah dari sebelah kanan saat memakai gamis dan akhirkanlah yang sebelah kanan saat melepasnya juga.
Angkatlah sarungmu dan gamismu sampai separuh betis, jika enggan, maka jangan sampai melebihi batas mata kaki. Sedangkan bagi wanita hendaknya ia memanjangkan bajunya sampai menjulur ke tanah dari segala sisinya sekitar dua pertiga hasta.
Jadikanlah lengan kemejamu sampai pergelangan tangan atau sampai ujung jari. Dan kalau ingin menambahkannya, maka jangan berlebihan. Karena dahulu lengan baju Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sampai pergelangan tangan, sedangkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra memotong lengan baju beliau sampai ujung jari.
Janganlah menggunakan pakaian kecuali yang engkau butuhkan pemakaiannya. Janganlah memilih pakaian yang paling murah atau yang paling kasar, pilihlah yang menengah saja. Janganlah menampakkan aurat atau sebagian saja tanpa ada keperluan dan apabila perlu dibuka, maka bacalah saat itu: “Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain-Nya.’
Saat engkau memakai baju bacalah: “Segala puji bagi Allah yang telah memakaikan padaku pakaian ini dan memberikannya padaku tanpa daya maupun kekuatan dariku.” Diantara yang disunnahkan adalah memakai sorban tetapi tidak disunnahkan untuk melebarkan lengan baju dan memperbesar sorban
Hendaknya pula engkau tidak bertutur kata kecuali yang baik. Setiap ucapan yang tidak boleh diucapkan diharamkan atasmu untuk mendengarkannya. Jika engkau berbicara, maka aturlah bicaramu dan perlahanlah, dengarkanlah pembicaraan orang yang berbicara denganmu. Dan janganlah engkau putus pembicaraan orang lain kecuali jika termasuk pembicaraan yang membuat Allah SWT murka, seperti ghibah.
Hindarilah ikut campur pembicaraan orang lain. Janganlah engkau tampakkan kepada orang yang mengajakmu bicara tentang pembicaraan yang telah engkau ketahui bahwa engkau telah mengetahuinya Karena hal itu bisa membuat teman terusik.
Jika ada orang yang berbicara denganmu suatu ucapan atau bercerita kepadamu suatu cerita yang tidak sesuai dengan kenyataannya Maka janganlah engkau katakan liukan itu yang sebenarnya, tetapi inilah yang sebenarnya. Akan tetapi apabila hal itu berkaitan dengan urusan agama, maka beritahukan kepadanya yang benar dengan lemah lembut.
Hindarilah turut campur perkara yang bukan urusanmu janganlah pula juga banyak bersumpah dengan nama Allah SWT. Janganlah bersumpah dengan nama Allah SWT kecuali perkara yang benar dan memang dibutuhkan. Hindarilah kebohongan dengan segala macam bentuknya, karena hal itu bertentangan dengan keimanan.
Hindarilah ghibah, mengadu domba dan banyak bercanda. Hindarilah segala ucapan yang buruk, tahanlah dirimu dari ucapan yang tercela sebagaimana engkau tidak mau mendengar ucapan yang buruk pula. Pikirkan ucapanmu sebelum engkau bertutur kata. Jikalau memang itu baik. maka ucapkanlah, namun jikalau tidak, maka diamlah.
Mengenai hal ini. Baginda Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
كل كلام ابن آدم عليه لاله إلا ذكر الله أو أمر بمعروف أو نهي عن منكر
diperhitungkan atasnya dan bukan menjadi keberuntungannya, kecuali dzikir kepada Allah atau amar ma ‘ruf atau nahi munkar.’
Dalam haditsnya yang lain, Baginda Nahi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
رحم الله امرءا قال خيرا فغنم أو سكت عن شر فسلم
Artinya: ‘Semoga Allah merahmati seseorang yang berkata suatu kebaikan dan ia beruntung atau ia diam dari ucapan yang buruk dan ia selamat”
Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
إن الرجل ليتكلم بالكلمة لا يلقى لها بالا يهوي بها أبعد من الثريا
Artinya: “Sesungguhnya seseorang mengucapkan satu kata yang tanpa ia sadari akibatnya hingga ia terhempas dengannya lebih jauh dari bintang.”
Sumber : Nasihat Untukmu Wahai Saudaraku Karya al-Allamah al-Habib Abdullah bin Alwi AlHaddad