Harits Al-Muhasibi—rahimahullah—mengatakan, “Sesungguhnya para sahabat terbaik Nabi mencintai kemiskinan, merasa aman dari kefakiran, mempercayakan rezeki mereka kepada Allah, bergembira atas semua takdir Allah, bersuka rela menerima cobaan, bersyukur atas segala kesejahteraan, bersabar atas segala kemalangan, memuji Allah atas segala kesenangan, bersikap rendah diri kepada Allah, dan bersikap warak terhadap kedudukan dan harta berlimpah.”
Telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah bersabda, “Orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin masuk surga 500 tahun sebelum orang-orang kaya dari mereka” Dalam riwayat An-Nasa’i dikatakan, “Orang-orang miskin masuk surga sebelum orang-orang kaya, dengan selisih waktu 500 tahun.” Dalam riwayat Muslim, hadits dari Abdullah bin Umar, disebutkan, “Sesungguhnya orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin masuk surga 40 tahun lebih dulu daripada orang-orang kaya dari mereka.”
Ma’qil bin Yasar meriwayatkan, “Pada suatu hari aku membantu Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berwudhu. Lantas beliau bertanya, Apakah engkau mau (kuajak) mengunjungi Fatimah?’ Aku pun menjawab, ‘Ya. Ayah dan ibuku sebagai jaminannya, wahai Rasulullah.’ Lalu beliau berdiri dan aku pun ikut berdiri. Kami pun sampai di depan pintu rumah Fatimah, lalu beliau mengetuk pintu, dan berkata, Assalamualaikum. Boleh aku masuk?’ Fatimah menjawab, ‘Masuklah, wahai Rasulullah.’ Beliau kembali bertanya, Aku dan orang yang bersamaku?’Fatimah lalu mengatakan, ‘Demi Zat yang mengutusmu sebagai Nabi, aku hanya mengenakan ‘aba’ah! Lalu beliau mengatakan, ‘Kenakan ‘aba’ah-mu begini dan begitu (sambil memberi isyarat dengan tangan).’ Fatimah kemudian bertanya, Aku sudah menutup tubuhku. Bagaimana dengan kepalaku?’ Lalu beliau melemparkan penutup kepala (mula’ah) yang sudah usang dan berkata, ‘Ikat kepalamu dengan ini.’ Kemudian Fatimah mengizinkan Ma’qil masuk. Ma’qil pun mengucapkan salam, Assalamualaikum, wahai Putri Nabi. Bagaimana kabarmu?’ Fatimah menjawab, Aku merasa sakit. Sakitku semakin parah karena aku tidak punya apa-apa untuk dimakan. Lapar telah membuatku kepayahan.’ Rasulullah lalu menangis. Beliau pun berkata, ‘Jangan sedih, wahai Putri Nabi. Demi Allah, aku belum makan sejak tiga hari yang lalu dan aku lebih mulia daripada kamu di sisi Allah. Seandainya aku memohon kepada Tuhanku, tentu Dia akan memberiku makanan. Namun, aku lebih mementingkan akhirat daripada dunia.’ Kemudian beliau menepuk pundak putrinya dan berkata kepadanya, ‘Bergembiralah. Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah pemimpin kaum perempuan penghuni surga.’ Fatimah pun bertanya, ‘Lalu di mana Asiyah istri Firaun dan Maryam putri Imran?’ Beliau menjawab, Asiyah adalah pemimpin kaum perempuan pada masanya; Maryam adalah pemimpin kaum perempuan pada masanya; Khadijah adalah pemimpin kaum perempuan pada masanya; dan engkau adalah pemimpin kaum perempuan pada masamu. Sesungguhnya kalian nanti akan ditempatkan pada suatu rumah yang terbuat dari emas. Di sana tidak ada gangguan dan tidak ada suara-suara keras.’ Kemudian beliau bersabda, Terimalah anak pamanmu dengan lapang dada. Tidakkah engkau senang aku nikahkah dengan orang yang paling dahulu masuk Islam, paling banyak ilmunya, dan paling besar kesabarannya?'”
Hanya kepada Allah kita memohon petunjuk. Shalawat dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita, Muhammad, juga kepada keluarganya, dan para sahabatnya.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz