Yang dimaksud dengan memberi maaf adalah apabila seseorang berhak mendapatkan sesuatu, lalu ia menggugurkan haknya. Memberi maaf tidak sama dengan bersabar dan menahan kemarahan. Allah Swt. berfirman, Jadilah pemaaf, suruhlah orang mengerjakan yang makruf, dan jangan pedulikan orang-orang yang bodoh (QS. Al-A’raf [7]: 199). Dia Swt. juga menyatakan Pembebasan (dari kewajiban membayar mahar) itu lebih dekat pada ketakwaan (QS. Al-Baqarah [2]: 237).
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Ada tiga hal. Demi Zat yang menggenggam nyawaku, seandainya aku bersampah, niscaya aku bersumpah dengan tiga hal itu. [1] Harta tidak akan berkurang karena disedekahkan sebagiannya. [2] Apabila seseorang memaafkan orang lain atas kezaliman terhadap dirinya, semata-mata karena mengharap ridha Allah, niscaya Allah menambahkan kemuliaan kepadanya pada Hari Kiamat. [3] Apabila seseorang membuka pintu-meminta pada jiwanya, pasti Allah membukakan pintu kemiskinan kepadanya.”
Dalam riwayat yang lain dinyatakan, “Pemberian maaf hanya akan menambah kemuliaan pada diri seorang hamba. Maka berikan maaf, niscaya Allah menjadikanmu mulia.” Abu Darda’ pernah ditanya mengenai orang yang paling mulia. Ia menjawab, “Orang yang memberi maaf apabila mampu. Maka berikan maaf, niscaya Allah memuliakanmu.” Dalam sebuah hadits sahih disebutkan, “Rasulullah sama sekali tidak pernah membalas kezaliman terhadap dirinya. Beliau hanya marah karena Allah dan ridha karena ridha Allah!.” Bahkan beliau bersabda kepada orang-orang musyrik Makkah, sesudah penaklukan kota tersebut, “Pergilah kalian. Kalian semua bebas.” Maka keluarlah mereka semua seakan-akan baru dibangkitkan dari kubur, lalu mereka memeluk Islam.
Ibrahim At-Taimi mengatakan, “Sungguh, apabila ada orang menzalimiku, aku akan mengasihinya.” Ini dinamakan berbuat baik setelah memaafkan.
Diceritakan bahwa Suwar bin Abdillah datang menemui Abu Ja’far Al-Mansur. Lalu ada seorang lelaki dibawa ke hadapan Abu Ja’far. Abu Ja’far kemudian menyuruh agar lelaki itu dibunuh. Suwar berkata di dalam hatinya, “Seorang lelaki Muslim akan dibunuh, sementara aku hadir dalam pembunuhan itu ?” Lalu ia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, maukah kukabarkan sebuah hadits yang kudengar dari Hasan Al-Bashri?” Abu Ja’far menjawab, “Apa itu?” Suwar menjawab, “Aku mendengar Hasan mengatakan, ‘Apabila Hari Kiamat telah tiba, Allah mengumpulkan semua manusia di sebuah hamparan yang sama, sehingga penyeru bisa memperdengarkan suaranya kepada mereka semua dan mata bisa melihat mereka semua. Lalu seorang penyeru berseru: Siapa yang memiliki kebajikan di sisi Allah, hendaknya la berdiri. Tidak ada yang berdiri, kecuali orang yang pernah memberi maaf.“ Abu Ja’far lantas bertanya. “Demi Allah, apa benar engkau mendengarnya dari Hasan?” Suwar menjawab, “Demi Allah, aku mendengarnya dari Hasan.– Lalu Abu Ja’far mengatakan. “Kami telah membebaskannya (lelaki itu).”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz