Kelembutan adalah perilaku yang terpuji, Kebalikannya adalah kekejaman (kekerasan) dan kebengisan. Kelembutan adalah buah dari budi pekerti yang baik. Penyehab kekejaman terkadang adalah kemarahan. Namun, kekejaman kadang-kadang disebabkan oleh ketamakan yang sampai membuat seseorang tidak bisa berpikir dan bersikap tenang. Jadi, kelembutan adalah buah yang hanya bisa dihasilkan oleh budi pekerti yang baik. Budi pekerti tidak bisa menjadi baik, kecuali dengan mengendalikan amarah dan nafsu serta menjaga keduanya dalam posisi seimbang. Karena itulah, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sangat memuji kelembutan. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa beliau pernah mengatakan. “Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam segala hal.” Beliau juga bersabda, “Jika Allah menyukai suatu keluarga, Dia memasukkan kepada mereka kelembutan. Sesungguhnya Allah Maha lembut (rafiq) dan menyukai kelembutan. Siapa yang terhalang dari berlaku lembut, maka ia telah terhalang dari mendapatkan semua kebaikan. Siapa pun yang menjadi penguasa, yang berkuasa atas urusan orang lain, lalu ia berlaku lembut, niscaya Allah pun berlaku lembut kepadanya di Hari Kiamat.” Beliau pernah berkata kepada Aisyah, “Hendaknya engkau bersikap lembut. Tidaklah sikap lembut masuk pada sesuatu, melainkan ia menjadikannya indah, dan tidak pula ia dicerabut dari sesuatu, melainkan ia menjadikannya dicela.” Yang terbaik adalah posisi tengah antara kekejaman (kekerasan) dan kelembutan. Namun, ketika tabiat manusia lebih condong pada kebengisan, mereka perlu untuk lebih didorong pada kelembutan. Hasan Al-Bashri mengatakan, “Orang mukmin itu sering berhenti (untuk memeriksa) dan berhati-hati, tidak seperti pengumpul kayu bakar pada malam hari”. Karena itu, kebengisan kadang-kadang diperlukan, tetapi jarang sekali. Orang yang sempurna hanyalah orang yang bisa mengetahui tempat-tempat yang pantas bagi kebengisan, lalu ia menunaikan hak bagi semuanya. Apabila seseorang berIaku sembrono, atau ia kesulitan menentukan apa yang tepat bagi suatu kasus, hendaknya ia lebih condong pada kelembutan, karena pada kelembutan terdapat lebih banyak keselamatan.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz