Iri termasuk salah satu dampak dan kedengkian, sedangkan kedengkian adalah salah satu produk dari kemarahan. Iri mempunyai berbagai cabang tercela yang tak terhitung jumlahnya dan ada banyak sekali hadits yang mencelanya.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Iri memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar. Jangan saling mengiri, saling memutuskan silaturahmi, saling membenci, dan saling berpaling. Tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.”
Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Amru diceritakan bahwa ia selama tiga hari mengawasi gerak gerik orang yang disebut Nabi Saw akan masuk surga. Ibnu Amru mengatakan, “Hampir saja aku meremehkan amalnya”. Kemudian Ibnu Amru bertanya kepada orang yang diawasinya itu dan orang itu menjawab, “Tidak ada sedikit pun pada diriku tipu daya maupun iri terhadap kebaikan yang diberikan Allah kepada salah seorang Muslim mana pun.” Lalu Ibnu Amru berkata kepada orang itu, “Inilah yang membuatmu masuk surga dan iniIah yang kami belum sanggup lakukan.”
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersahda. “Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyelinap ke dalam diri kalian. Penyakit itu adatah iri dan kebencian. Itulah sang pencukur. Aku tidak mengatakan pencukur rambut, tetapi pencukur (perusak) agama. Demi Zat yang menggenggam jiwa Muhammad, kalian tidak bisa masuk surga sebelum kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai. Maukah aku kabarkan kepada kalian hal yang bisa menguatkan cinta pada diri kalian? Tebarkan salam di antara kalian.” Beliau juga pernah bersabda, “Jangan tampakkan perasaan senang atas musibah yang menimpa saudaramu. Apabila engkau tampakkan, Allah akan mengasihinya dan menimpakan musibah kepadamu.”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz