Alkisah, di Basrah terdapat seorang yang kaya tetapi pelit. Pada suatu hari tetangganya mengundangnya dan menyuguhkan menu thabahijah yang dicampur dengan telur. Ia pun menyantap hidangan itu banyak-banyak, lalu minum. Perutnya kemudian kekenyangan dan kembung. Ia pun merasa kesakitan dan menggeliat-geliat karena sakit tersebut. Lalu datanglah ia ke dokter untuk memeriksakan diri. Dokter lalu berkata kepadanya, “Tenang, kamu tidak apa-apa. Cukup muntahkan saja apa yang telah kau makan.” Orang pelit itu lantas mengatakan, “Ha, aku harus memuntahkan thabahijah telur?” Lebih baik aku mati!”
Ada seorang badui mencari seseorang. Di tangan orang tersebut ia membawa buah tin, tetapi ia menyembunyikannya di balik bajunya. Ia lantas duduk. Lalu seorang lelaki bertanya kepada orang badui itu, “Apakah engkau bisa membaca beberapa dari ayat Al-Quran?” Orang badui itu mengiyakan lalu membaca, “Demi buah zaitun dan Bukit Sinai.” Lelaki penanya lantas bertanya, “Di mana buah tin-nya?” Orang badui itu menjawab, “Ia di bawah bajumu.”
Ada seseorang mengundang saudaranya, tetapi tidak memberinya makan. Ketika waktu Ashar tiba, perutnya sudah sangat lapar. Tuan rumah lalu mengambil alat musik gesek (‘ud) dan bertanya kepada tamunya, “Nada suara apa yang engkau ingin aku perdengarkan kepadamu?” Tamunya menjawab, “Suara rebusan makanan.”
Seorang lelaki ingin menemui Khalifah Al-Mahdi. Istrinya lalu bertanya, “Jika engkau nanti pulang membawa hadiah, apa yang akan engkau berikan padaku?” Lelaki itu menjawab, “Jika diberi 100 ribu dirham, aku akan memberimu satu dirham.” Lelaki itu kemudian mendapatkan 60 ribu dirham, lalu ia memberikan 4 daniq (4/6 dirham) kepada istrinya. Pada suatu hari seseorang membeli daging seharga satu dirham. Tiba-tiba ia diundang temannya ke rumah. Ia kemudian mengembalikan daging yang telah ia beli kepada penjualnya dengan potongan satu daniq (1/6 dirham). Ia mengatakan, “Aku tidak suka berlebihan.”
Amasy mempunyai seorang tetangga yang terus-menerus menawarkan agar ia mengunjungi rumahnya. Tetangganya itu mengatakan, “Kalau engkau mau ke rumahku, aku akan suguhkan sepotong roti dan garam.” Amasy menolak. Namun pada suatu hari, tawaran itu datang saat Amasy sedang lapar. Amasy pun menjawab, “Baiklah. Mari kita ke rumahmu.” Amasy lalu masuk ke rumah tetangganya, lalu tetangganya itu menyuguhkan sepotong roti dan garam. Kemudian datanglah seorang peminta-minta. Pemilik rumah (tidak mau memberi dan hanya) mengatakan, “Semoga engkau diberkati.” Lalu pengemis itu datang lagi, tetapi pemilik rumah hanya memberi jawaban, “Semoga engkau diberkahi.” Ketika pengemis itu kembali datang untuk kali ketiga, pemilik rumah mengatakan, “Pergi kau. Demi Allah, jika engkau tidak pergi, akan kupukul kau.” Amasy lalu memanggil pengemis itu dan berkata kepadanya, “Pergilah. Demi Allah, aku tidak pernah melihat orang yang lebih jujur ancamannya melebihi orang ini. Dia sudah sejak lama mengajakku mampir ke rumahnya seraya menawarkan sepotong roti dan garam. Ternyata ia tidak menyuguhkan lebih dari itu kepadaku.”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz