Ketika Allah menciptakan hewan sebagai makhluk yang mudah mengalami kerusakkan dan kebinasaan. Allah pun menganugerahkan kepadanya sesuatu yang bisa melindunginya dari kerusakan dan kebinasaan untuk jangka waktu tertentu. Kerusakan dan kebinasaan adakalanya berasal dari dalam tubuh hewan itu sendiri. Maka, Allah pun menciptakan makanan yang sesuai dengan karakter tubuh hewan dan menanamkan nafsu makan pada dirinya, Kerusakan dan kebinasaan ada pula yang berasal dari sesuatu diluar diri hewan, seperti pedang, mata lembing, dan beragam alat pembunuh lainnya maka Allah pun menciptakan amarah dan menanamkanya pada jiwa hewan sebagai fitrah.
Bilamana seseorang diperdaya api amarah dalam dirinya akan menyala dan membakar darah. Apabila yang ia tidak harapkan belum terjadi kekuatan amarah akan menggelorakan perlawanan terhadap segala hal yang berpotensi mencelakakannya; dan apabila yang ia tidak harapkan sudah terjadi, kekuatan amarah akan mengupayakan pembalasan.
Kekuatan amarah manusia bisa dibedakan menjadi tiga kualitas Ada yang kurang, ada yang berlebih, dan ada yang seimbang.
Kurang atau tidak adanya kekuatan amarah dalam diri termasuk hal yang tercela, Orang seperti ini dikatakan tidak punya gairah, Tidak bersemangat Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Orang yang dibuat marah, tetapi ia tidak marah, adalah keledai.”
Allah Swt. menggambarkan para sahabat Nabi sebagai berikut: (Mereka) bersikap tegas terhadap orang-orung kafir, tetapi lembut terhadap orang-orang di antara mereka (mukmin) (QS Al-Fath (48) : 29) Allah juga berfirman kepada Nabi Muhammad, Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik; dan ambilah sikap keras terhadap mereka (QS Al-Tahrim [66]: 9).
Amarah dikatakan berlebihan apabila ia berkuasa atas jiwa dan keluar dari kendali nalar dan agama, sehingga tidak tersisa sedikit pun cahaya padanya. Kemenangan amarah bisa disebabkan oleh perkara-perkara yang bersifat naluriah maupun pembiasaan. Misalnya, seseorang bergaul dengan orang-orang yang terbiasa membanggakan diri sebagai orang yang senantiasa melampiaskan kemarahan, dan mereka menamakannya sebagai keberanian dan kejantanan. Salah seorang dari mereka mengatakan. “Aku tidak bisa bersabar atas perilaku buruk orang lain, Aku pun tidak bisa menerima penghinaan orang lain” Artinya, ia tidak punya otak dan tidak pula punya kesabaran. Orang tersebut, karena kebodohannya, mengatakan hal demikian itu dengan bangga. Maka, siapa saja yang mendengar ucapan tersebut, akan tertanam pada jiwanya bahwa melampiaskan amarah itu bagus sehingga elemen amarah dalam dirinya menguat, Dalam puncak kemarahan, amarah bisa membuat seseorang menjadi buta dan tuli terhadap semua nasihat. dan memadamkan cahaya nalarnya. Bisa juga dampak kemarahan menjalar ke organ-organ pengindra sehingga orang yang sedang marah tidak bisa melihat dengan matanya dan dunia menjadi gelap baginya. Maka, perahu di tengah gempuran ombak dan badai di tengah lautan yang gelap gulita masih lebih baik dan lebih bisa diharapkan keselamatannya daripada jiwa yang terguncang oleh amarah.
Di antara dampak kemarahan adalah warna kulit berubah,, tubuh gemetar, tindakan menjadi tidak beraturan, gerakan dan ucapan terbata-bata, dan mata memerah Seandainya orang yang sedang marah melihat rupa dirinya yang jelek itu, niscaya ia akan menjadi tenang karena malu. Dibandingkan dengan rupa lahiriah, rupa batiniah orang yang sedang marah jauh lebih buruk.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz