Kelompok kedua
Orang dari kelompok ini lebih parah lagi keteperdayaannya karena ia mengenakan pakaian yang menjijikkan. la meninggalkan sutra, tetapi justru mengenakan pakaian penuh tambalan yang harganya lebih mahal daripada sutra. la menyangka diri adalah seorang sufi, tetapi tidak menjauhkan diri dari kemaksiatan yang bersifat lahiriah, apalagi yang bersifat batiniah. Keburukannya menular kepada orang-orang yang rusak karena mencontoh mereka. Adapun orang-orang yang tidak mencontoh mereka menjadi rusak kepercayaan mereka terhadap kaum sufi yang sebenarnya. Mereka pun mengira semua orang sufi seperti orang kelompok kedua ini, seraya menggunjing mereka.
Kelompok ketiga
Orang dari kelompok ini mendaku diri telah memperoleh ilmu makrifat dan musyahadah. melampaui berbagai maqam dan tingkatan suluk. Padahal ia sama sekali tidak mengerti hal-hal tersebut, kecuali hanya namanya saja. la melahap berbagai kalimat dari para “pembawa musibah” dan mengulang-ulangnya dalam pembicaraan. Karena itu, ia melihat para ulama dengan pandangan merendahkan, apalagi terhadap orang-orang awam. Para petani dan penenun pun dibuatnya meninggalkan pekerjaannya, guna mengikutinya selama berhari-hari, menghafalkan kalimat-kalimat palsu, dan mengulang-ulangnya seakan-akan berasal dari wahyu. Terhadap para hamba Allah, ia mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang bayaran yang kelelahan. Terhadap para ulama, ia mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang Allah. la mendaku diri sebagai satu-satunya orang yang telah sampai pada Allah. Padahal di sisi Allah ia termasuk pendusta besar; di sisi para pemilik mata hati ia termasuk orang-orang yang dungu. la tidak pernah menguasai ilmu apa pun, tidak pernah meluruskan budi pekerti, tidak pernah mengawasi hati, tetapi justru mengikuti nafsu dan melahap ucapan orang-orang gila.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz