Kelompok ketiga
Mereka mengetahui penyakit-penyakit hati yang dicela oleh syariat, tetapi karena perasaan ujub (bangga diri) yang menyelimuti diri, mereka menyangka diri mereka telah terbebas dari penyakit-penyakit itu. Mereka meyakini kedudukan mereka sudah tinggi di sisi Allah sehingga tidak mungkin diuji dengan penyakit-penyakit hati seperti itu.
Jika pada diri mereka tampak indikasi kesombongan dan ambisi pada kekuasaan, mereka berdalih, “Ini demi kemuliaan agama, untuk menunjukkan kehormatan ilmu, dan mengalahkan orang-orang ahli bid’ah. Seandainya aku mengenakan pakaian rendahan dan menjadi orang rendahan, musuh-musuh Islam akan tertawa senang. Dan, itu merupakan hinaan terhadap Islam.” Mereka lupa, dengan apa Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam memenangkan agama Islam dan mengalahkan orang kafir. Mereka pun lupa akan sikap rendah hati dan qana’ah para sahabat. Umar r.a. pernah dicaci lantaran mengenakan pakaian lusuh saat datang ke negeri Syam. Umar lantas mengatakan, “Kita telah dimuliakan Allah dengan Islam. Maka, kita tidak akan mencari kemuliaan dari yang selain Islam.” Adapun orang alim dari kelompok ketiga ini mencari kemuliaan dengan pakaian yang bagus, kuda, dan berbagai kendaraan, tetapi mendaku diri memperjuangkan kemulian dan kehormatan bagi ilmu dan Islam.
Bilamana mereka berbicara dengan nada iri terhadap orang alim lainnya, mereka berdalih, “Ini adalah kemarahan demi kebenaran, tanggapan terhadap pelaku kebatilan.” Mereka tidak merasa diri telah berlaku iri (hasad).
jika terlintas pada diri mereka sifat riya, mereka mengatakan, “Tujuanku hanyalah agar orang-orang meneladaniku sehingga mereka berada di jalan yang lurus.” Mereka tidak menyadari bahwa mereka tidak senang ada orang yang meneladani orang alim yang lain. Seandainya tujuan mereka baik, tentu mereka senang bila orang lain menjadi baik, walau bukan melalui mereka.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz