Kelompok kedua
Mereka mempunyai ilmu dan mengamalkannya, senantiasa melakukan amal ketaatan, dan meninggalkan amal kemaksiatan. Namun, mereka tidak mengawasi hati mereka sehingga lalai untuk menghapus sifat-sifat tercela dalam pandangan Allah, seperti sombong, iri, ambisi menjadi pemimpin, dan berniat buruk terhadap teman. Bisa jadi sebagian dari mereka memang tidak mengetahui bahwa sifat-sifat itu tercela dan tidak menengok pada sabda Nabi, “Riya yang paling rendah adalah syirik,”10 dan “Tidak akan masuk surga, orang yang yang di hatinya terdapat setitik kesombongan”11 Mereka itulah orang-orang yang memperindah sisi lahiriah, tetapi mengabaikan sisi batiniah. Mereka lupa akan sabda Rasulullah Saw., “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa lahirmu dan tidak pula bentuk tubuhmu, tetapi hanya melihat hati dan amal perbuatanmu.”12
Perumpamaan mereka adalah seperti sumur di tengah kebun; sisi luarnya terang, tetapi sisi dalamnya gelap dan berbau. Atau seperti rumah yang di dalamnya gelap, tetapi di luar diberi lampu. Atau seperti orang yang akan kedatangan raja; ia lalu mengecat pintu rumahnya, tetapi membiarkan sampah berserakan di dalamnya. Atau bahkan seperti orang yang menanam tanaman, lalu tumbuh gulma bersama tanaman itu dan merusaknya. la lalu diperintahkan untuk membersihkan tanaman dari gulma. Akan tetapi, ia hanya memotong pucuk-pucuk gulma sehingga akar gulma tetap kuat dan ia tetap tumbuh. Atau seperti orang sakit kudis; ia diperintahkan untuk memoles kulitnya untuk menghilangkan belang dan meminum obat untuk membunuh bakteri penyebab kudis dari dalam. Namun, ia merasa puas dengan memoles kulitnya, tidak mau meminum obat, dan justru mengonsumsi makanan yang menyuburkan bakteri. Dengan demikian, ia memoles kulit luarnya, tetapi kudis tetap menempel karena tumbuh dari sumber penyakit yang ada di dalam tubuhnya.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz