Kelompok kelima
Orang dari kelompok ini teperdaya dengan puasa. Mungkin saja ia berpuasa sepanjang masa atau pada hari-hari mulia, namun ia tidak bisa menjaga lidahnya dari menggunjing, hatinya dari berlaku riya, dan perutnya dari makanan haram saat berbuka. Walaupun begitu, ia menyangka dirinya orang baik.
Kelompok keenam
Orang dari kelompok ini teperdaya dengan ibadah haji. la berangkat menunaikan ibadah haji, tetapi tidak berhenti melakukan kezaliman, tidak membayar utang, tidak meminta restu kedua orangtua, dan tidak dengan rezeki yang halal. Kadang-kadang selama di perjalanan ia melalaikan shalat dan tidak menghindari perkataan keji dan perselisihan. Mungkin saja ia pun mengumpulkan uang haram, lalu menyedekahkannya kepada teman-temannya dengan maksud riya. Dengan demikian, ia telah mendurhakai Allah—pertama—dengan rezeki yang haram dan—kedua—dengan berlaku riya. Maka saat sampai di Baitullah, ia datang dengan hati yang kotor, tetapi ia mengira diri sebagai orang baik.
Kelompok ketujuh
Orang dari kelompok ini mengambil peran sebagai penyeru kebaikan dan pelarang kemungkaran, tetapi ia lupa pada dirinya sendiri. Kadang-kadang ia mengumpulkan orang-orang di masjidnya untuk suatu amal kebaikan, tetapi jika ada yang terlambat, ia berkata keras kepadanya.
Ada pula orang dari kelompok ini yang bertugas mengumandangkan azan, seraya mendaku amalnya karena Allah. Namun, apabila ada orang lain yang mengumandangkannya, ia marah-marah.
Kadangkala orang dari kelompok ini menyandang kedudukan sebagai imam masjid, tetapi tujuannya hanyalah agar orang menyebutnya sebagai imam masjid. Sekiranya ada orang lain yang lebih wara’ dan lebih alim darinya, ia merasa susah karenanya.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz