Kelompok kesebelas
Mereka sibuk mempelajari ilmu nahwu dan keganjilan bahasa Arab, seraya mendaku telah mendapatkan ampunan dari Allah karena pemahaman yang benar terhadap Al-Quran dan sunnah bergantung pada ilmu tersebut. Perumpamaan mereka seperti orang yang menghabiskan umurnya untuk mempelajari kaligrafi, seraya mendaku bahwa segala ilmu pengetahuan tidak bisa dipelihara, kecuali dengan huruf.
Seandainya ia mau berpikir, tentu ia mengerti bahwa sebenarnya ia cukup hanya mempelajari dasar-dasar tulis-menulis, yaitu yang membuat tulisannya bisa dibaca. Maka, ia cukup mempelajari ilmu tentang kosa kata ganjil dalam Al-Quran dan hadits, serta ilmu nahwu yang berkaitan dengan keduanya. Adapun mendalami ilmu nahwu dan bahasa Arab sedalam-dalamnya adalah hal berlebihan. Seandainya seseorang hanya mempelajari kedua ilmu tersebut, ia termasuk orang yang teperdaya. Perumpamaan yang lain adalah orang yang menghabiskan usianya demi memperbaiki makharijul huruf; dan hanya itu yang ia pelajari. Padahal, tujuan yang terpenting adalah makna, sedangkan huruf hanyalah kulitnya. Orang yang hendak meminum suatu obat untuk menghilangkan penyakit kuning, lalu menghabiskan usianya hanya untuk memperbaiki gelas yang akan menjadi tempat obat itu maka ia termasuk orang bodoh yang teperdaya.
Berbagai ilmu yang terkait dengan syariat sering menjadikan pemiliknya teperdaya. Adapun ilmu kedokteran,astronomi,dan teknik lebih kecil peluangnya untuk membuat pemilik ilmu menjadi teperdaya. Sebab, pemilik ilmu kedokleran, astronomi, dan teknik biasanya tidak meyakini akan mendapatkan ampunan karena mempunyai ilmu-ilmu tersebut.
Sumber : Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Muhlikat Ihya ‘Ulum al-din karya Habib Umar bin Hafidz