Dunia dan akhiratmu merupakan gambaran dua hal bagi hatimu. Yang dekat dan rendah adalah dunia, yaitu segala hal sebelum datangnya kematian. Yang datang belakangan dan terlambat adalah akhirat, yaitu segala hal setelah kematian, yang menemanimu di akhirat dan engkau memiliki ketergantungan padanya. Apa yang ada di dunia dibagi menjadi tiga bagian: Pertama, bagian yang bisa berbuah untukmu sesudah mati. Bagian ini ada dua, yaitu ilmu dan amal. Yang saya maksud dengan ilmu adalah ilmu tentang Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, kerajaan-kerajaan-Nya di bumi dan langit dan syariat nabi-Nya. Yang saya maksud dengan amal adalah ibadah yang dikerjakan semata-mata karena Allah Swt. Seorang alim terkadang merasa tenteram dengan ilmu dan ilmu menjadi hal yang paling nikmat baginya sehingga ia mengabaikan tidur dan makan. Hal seperti ini tidak termasuk dunia yang tercela. Seorang ahli ibadah pun terkadang merasa tenteram dengan ibadahnya. Sekiranya ia dilarang untuk beribadah, larangan itu menjadi hukuman terberat baginya. Bahkan sebagian dari ahli ibadah mengatakan, “Aku tidak takut dengan kematian kecuali jika itu menghalangiku untuk mengerjakan ibadah malam.” Yang lain lagi mengatakan, “Ya Allah, anugerahi aku kekuatan untuk mengerjakan shalat, ruku, dan sujud di dalam kubur.” Istilah dunia bisa disematkan pada perilaku orang alim dan ahli ibadah tersebut, tetapi itu bukan termasuk dunia yang tercela.
Kedua, bagian yang tidak bisa berbuah di akhirat. Misalnya, kemaksiatan dan perkara-perkara mubah tetapi melebihi kebutuhan. Ini termasuk bagian dunia yang tercela. Adapun kriteria harta dunia yang melebihi kebutuhan atau yang sepadan dengan kebutuhan memerlukan pembahasan yang panjang.
Ketiga, bagian dunia yang membantu terwujudnya amal akhirat dan terjaganya kesehatan jasmani untuk mendapatkan ilmu dan mengerjakan amal. Bilamana bagian ini digunakan dengan maksud tersebut, ini tidak dikategorikan sebagai dunia yang tercela. Namun, jika motifnya adalah kepentingan dunia, bukan untuk menopang unsur-unsur ketakwaan, bagian ini pun termasuk ke dalam bagian yang kedua, yang tercela.
Saat seorang hamba meninggal, yang tersisa padanya hanya tiga sifat, yaitu kebeningan hati, ketenteraman jiwa, kecintaan kepada Allah. Kebeningan dan kesucian hati bisa dicapai dengan menahan diri dari nafsu-nafsu dunia, ketenteraman jiwa bisa didapatkan dengan banyak berzikir kepada Allah dan melanggengkannya, cinta kepada Allah tidak bisa diperoleh kecuali dengan mengenal-Nya, dan itu hanya bisa didapatkan dengan banyak bertafakur. Tiga hal inilah yang bisa menjadi penyelamat dan penenteram sesudah mati.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz