Cukup dimengerti hukum dan keutamaan kalimat tauhid ini, sehingga seorang yang mengingkari kalimat tersebut, maka ia akan abadi di dalam neraka Jahanam. Kalau seorang pernah hidup selama tujuh puluh tahun dalam keadaan kafir, namun kemudian ia mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaah dengan keyakinan yang penuh bahwa tiada Tuhan selain Allah swt, maka darah dan hartanya terlindungi, ia telah keluar dari dosa-dosanya seolah-olah ia baru dilahirkan dari perut ibunya.
Andaikata seseorang menemui Allah swt dengan membawa dosa sepenuh manusia di masa lalu dan di akhir masa, tetapi ia tidak menyekutukan Allah swt dengan apapun, mungkin Allah swt akan mengampuninya dan mungkin pula Allah swt akan menyiksanya demi untuk membersihkan dosa-dosanya terlebih dahulu, sebab tidak seorangpun dari ahli tauhid yang kekal di dalam api neraka. Ahli tauhid adalah seorang yang mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah swt, seperti yang tercakup dalam makna kalimat yang mulia ini. Dalam sebuah hadits disebutkan:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لاإله إلا الله وأني رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة ، فإذا فعلوا ذلك فقد عصموا مني دماءهم وأموالهم ، إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله
ٍArtinya: “Aku diperintah memerangi manusia, sampai mereka mau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah swt, dan bahwa aku adalah utusan Allah swt, mendirikan shalat dan memberikan zakat. Jika mereka melakukan itu, maka darah dan harta mereka sudah terpelihara dariku, kecuali demi sanksi menurut Islam, dan perhitungan mereka terserah kepada Allah swt”
Dalam hadits lain disebutkan:
من كان آخركلامه ، لاإله إلا الله دخل الجنة
Artinya: “Siapa pun yang akhir ucapannya kalimat Laa ilaaha illalah, maka ia akan masuk surga.”
Dalam sebuah kesempatan Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
وليس على أهل لاإله إلا الله وحشة في قبورهم ، ولا في نشورهم ، وكأني بهم وقد خرجوا من قبورهم ينفضون التراب من رؤسهم ، يقولون ، الحمد لله الذي أذهب عنا الحزن إن ربنا لغفور شكور
Artinya: “Para ahli Laa illallah tidak akan merasa gelisah di dalam kuburnya, dan ketika mereka dikeluarkan dari kuburnya. Seolah-olah aku melihat mereka ketika mereka keluar dari kubur sambil merontokkan debu dari kepala mereka dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah swt, yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam hadits lain disebutkan:
أنه يصاح برجل فتمد له تسعة وتسعون سجلا من الخطايا، كل سجل مد البصر فتطرح في كفة السيئات ، فيقول الحق ، إن لك عندنا حسنة ، فتخرج له بطاقة مكتوب فيها، لاإله إلا الله فتطرح في الكفة الأخرى ، فترجح بالسجلات كلها
Artinya: “Sesungguhnya seorang dipanggil oleh sebuah seruan, kemudian dibentangkan dihadapannya 99 catatan kesalahan. Masing-masing (panjang) Catalan sejauh mata memandang, kemudian diletakkan di sisi sebuah timbangan dosa. Maka Allah swt berfirman: ‘Sesungguhnya kamu masih mempunyai satu kebaikan disisi Kami.’ Maka dikeluarkanlah sebuah kartu yang di dalamnya tertulis Laa ilaaha illallah, kemudian diletakkan di sisi lain di timbangan itu, dan ternyata berat kartu itu mengalahkan berat 99 catatan tersebut.”
Dalam Kitab al-Miftahul al-Falah, asy-Syeikh Ibnu Atha’ menuturkan satu sisi keutamaan kalimat tauhid dan berbagai aspek yang berkaitan dengannya. Semua keuntungan dan kebajikan yang tercakup dalam kalimat tersebut, di dunia dan akhirat tidak akan diperoleh oleh seorang yang memisahkan antara dua kalimat syahadat, karena keduanya terikat menjadi satu.
Siapapun yang hanya mengakui syahadat tauhid tanpa mengakui syahadat rasul, maka ia bukan termasuk ahli tauhid. Jika seorang beriman kepada keesaan Allah swt dan kerasulan Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, kemudian hanya mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah tanpa ucapan Muhammad Rasulullah, maka hal itu tidak mengapa, sebab ia masih mendapat berbagai kebajikan. Tentang masalah ini jika kami perluas pembahasannya, maka kitab ini akan terlalu tebal dan yang itu bukanlah tujuan kami.
Sumber: Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad