Sebagian orang mengira bahwa elemen amarah bisa dilenyapkan dari dalam tubuh secara keseluruhan .Sebagian lain mengira bahwa sifat marah tidak bisa disembuhkan, Kedua prasangka tersebut lemah Yang benar adalah selama manusia masih menyukai sesuatu, membenci sesuatu, selaras dengan sesuatu, dan bertentangan dengan sesuatu, maka senantiasa ia akan menyukai apa yang sesuai dengannya dan membenci apa yang bertentangan dengannya. Dan, amarah mengikuti hal tersebut.
Apa yang disukai manusia terbagi menjadi tiga:
Pertama, kebutuhan pokok menurut ukuran semua orang, seperti makanan pokok, rumah, pakaian. dan kesehatan badan. Semua itu adalah kebutuhan primer, yang semua orang tentu tidak ingin kehilangannya.
Kedua, sesuatu yang bukan termasuk kebutuhan pokok, seperti kedudukan. harta benda yang banyak, dan kendaraan. Semua ini bisa menjadi kesenangan manusia karena kebiasaan dan kebodohan akan tujuan hidup. Kesenangan jenis ini termasuk kesenangan yang mungkin saja tidak membuat seseorang menjadi marah jika kehilangan sesuatu darinya Sebab. bisa jadi ia telah melihat dunia dengan mata hatinya. lalu bersikap zuhud terhadap selain kebutuhan pokok, Namun. sebagian besar kemarahan orang terkait dengan sesuatu yang bukan termasuk kebutuhan pokok, seperti jabatan, nama baik menonjolkan diri dalam suatu majelis. dan reputasi keilmuan. Seseorang yang telah dikuasai oleh rasa cinta pada yang selain kebutuhan pokok niscaya akan marah apabila ada orang lain yang menyainginya untuk tampil dalam suatu perkumpulan. Adapun orang yang tidak menyukai selain kebutuhan pokok. tidak akan peduli walaupun ia duduk di atas barisan sandal, la pun tidak akan marah walaupun ada orang lain yang duduk di atasnya, Semakin bertambah banyak dan besar nafsu yang menguasai seseorang, semakin turun dan berkurang kehormatannya. Sebagian orang bodoh bahkan akan marah bila di katakan kepadanya. “Engkau tidak pandai bermain burung atau catur atau mengonsumsi makanan terlalu banyak.” atau ucapan-ucapan lain yang sedikit merendahkan.
Ketiga, kebutuhan pokok bagi sebagian orang. Misalnya. kitab bagi orang alim dan alat-alat kerja bagi pekerja. Kebutuhan ini berbeda antara satu orang dan yang lain. Namun, yang benar-benar kebutuhan pokok adalah sebagaimana yang diisyaratkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Beliau bersabda. “Barang siapa tidak ada ketakutan pada dirinya, sehat badannya, dan mempunyai makanan pokok untuk harinya, seakan-akan ia telah dianugerahi dunia dan segenap isinya!”
Puncak penempaan diri untuk menyembuhkan kemarahan karena cinta pada kebutuhan pokok (bagian pertama) adalah dengan tidak mematuhi amarah, bukan dengan menghilangkan elemen amarah dan hati Seseorang hendaknya tidak menggunakan amarah secara lahiriah, kecuali sebatas apa yang dianggap baik oleh syarat dan nalar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara berlatih, memaksa diri, dan hersikap tegar. Cara ini juga digunakan untuk menyembuhkan kemarahan karena kecintaan pada harta jenis ketiga. Penempaan diri semacam ini mencegah seseorang meluapkan kemarahan dan melemahkan koharannya, sehingga bersabar atas suatu kemarahan tidak lagi menyakitkan.
Adapun kemarahan karena cinta terhadap sesuatu yang bukan kebutuhan pokok (bagian kedua) bisa disembuhkan dengan latihan melepaskan diri dari amarah. yaitu dengan mengeluarkan perasaan cinta tersebut dari dalam hati, Hendaknya seseorang menyadari bahwa tanah airnya adalah alam kubur, rumah tinggalnya adalah akhirat. dunia hanya tempat singgah untuk mengambil bekal. dan selain itu semua hanyalah beban baginya untuk mencapai rumah tinggal. Akhir dari penempaan diri untuk menyembuhkan kemarahan karena cinta harta jenis kedua ini adalah terkendalinya amarah. Namun. ini langka terjadi, Kadang-kadang penempaan diri hanya sampai dengan mencegah meluapnya amarah dan terjadinya tindakan sesuai dengan tuntutannya. Dibandingkan dengan penempaan diri yang menghasilkan terkendalinya amarah, penempaan diri yang menghasilkan tercegahnya luapan amarah lebih rendah derajatnya. Ali karromallahu wajhah mengatakan. ‘Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tidak pernah marah karena urusan dunia. jika suatu kebenaran membuatnya marah, tak seorang pun mengenalinya, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menahan amarah beliau saat itu hingga beliau membela kebenaran tersebut”
Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan penting bisa mencegah kobaran amarah. sebagaimana yang dilakukan Salman Al-Farisi ketika ada yang mencelanya, ia mengatakan, “Jika timbangan amal kebaikanku ringan berarti aku lebih buruk daripada apa yang engkau katakan; jika berat, apa pun yang engkau katakan tidak akan ber
dampak buruk bagiku.” Semua hasrat Salman dicurahkan untuk akhirat Karena itu, celaan sama sekali tidak mempengaruhinya.
Rabi’ bin Khutsaim pernah dimaki orang, lantas ia mengatakan, “Wahai engkau ini Sungguh Allah mendengar ucapanmu Sesungguhnya di bawah surga terdapat pendakian yang sulit. jika aku melewatinya, ucapanmu tidak akan membahayakanku Namun, jika aku tidak mampu melewatinya, aku lebih buruk daripada apa yang engkau katakan.”
Seorang lelaki mencaci Sayidina Abu Bakar r.a. Lantas Sayidina Abu Bakar mengatakan. “Keburukanku yang disembunyikan Allah darimu lebih banyak.” Jadi. karena keagungan jiwanya, Abu Bakar senantiasa menyibukkan diri memikirkan kekurangannya sendiri. Seorang perempuan mengatakan kepada Malik bin Dinar, “Wahai seorang tukang pamer!” Malik justru mengatakan. “Hanya engkau yang mengenalku!” jadi. Malik senantiasa menyibukkan diri menghilangkan penyakit nya dan jiwanya.
Seorang lelaki memaki Asy-Sya’bi. lalu ia mengatakan. “jika engkau benar, semoga Allah mengampuniku; namun jika engkau berdusta, semoga Allah mengampunimu” Dengan demikian, kemarahan bisa hilang dengan menyibukkan hati dengan hal-hal yang penting atau dengan menguatkan visi tauhid. Bisa juga dengan cara ketiga, yaitu dengan menyadari bahwa sesungguhnya Allah menyukai orang yang tidak mudah terpancing amarahnya sehingga kecintaannya kepada Allah memadamkan kemarahannya.
Siapa yang mengeluarkan perasaan cinta dunia dari dalam hatinya, maka ia terlepas dari sebagian besar penyebab kemarahan. Sesuatu yang tidak mungkin dilenyapkan, masih mungkin untuk dikendalikan dan dilemahkan. Kita memohon pertolongan dari Allah melalui kelembutan dan kemurahan-Nya. Sesungguhnya Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz