Menempa Diri dan Memperbaiki Budi Pekerti
( Bab Kedua dari Kuarter al-Muhlikat)
Segala puji bagi Allah, yang telah memperindah rupa manusia dengan keindahan bentuk dan ukurannya dan melimpahkan urusan perbaikan budi pekerti pada kesungguhan dan kesiapan hamba. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada pemimpin kita Muhammad, hamba Allah, nabi-Nya, kekasih-Nya, penyebar kabar gembira dan peringatan dari-Nya; juga kepada keluarganya dan para sahabatnya, yang telah membersihkan wajah Islam dari kegelapan dan kekelaman kekafiran. Amma Ba’du.
Adapun budi yang baik adalah watak pemimpin para rasul (baca: An Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam), amalan utama orang-orang yang lurus hatinya, separuh dari agama, dan buah dari penempaan diri orang-orang yang bertakwa. Adapun perangai yang buruk adalah racun pembunuh dan perusak, kehinaan yang mempermalukan, serta keburukan yang menjauhkan seseorang dari sisi Sang Penguasa alam semesta. Perangai yang buruk adalah penyakit bagi hati.
Minat para dokter untuk menguasai ilmu pengobatan tubuh sangat tinggi, padahal dampak dari gagalnya pengobatan tubuh hanyalah hilangnya kehidupan yang bersifat fana. Karena itu, perhatian pada pengobatan penyakit hati, yang bisa berdampak pada hilangnya kehidupan yang kekal, tentu lebih diperlukan. Allah Swt. telah berfirman, Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa), dan sungguh merugi orang yang mengotorinya (QS Al-Syams [91]: 9-10).
Jadi, dengan mengobati penyakit hati, jiwa menjadi bersih; dan dengan mengabaikan pengobatan hati, jiwa menjadi kotor.
Keutamaan Budi Pekerti yang Baik
Allah telah berfirman kepada Nabi Muhammad, seraya memujinya dan memperlihatkan nikmat-Nya kepada beliau, Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur (QS Al-Qalam [68]: 4). Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tentang budi pekerti yang baik, beliau pun membaca firman Allah, Jadilah pemaaf, suruh orang mengerjakan yang makruf, dan jangan engkau pedulikan orang-orang yang bodoh (QS Al-A’raf [7]: 199). Kemudian beliau bersabda, “Budi yang baik ialah menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya darimu, memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepadamu, dan memaafkan orang yang menzalimimu.”
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pun telah bersabda, “Perkarayang paling berat ketika ditimbang di Mizan pada Hari Kiamat nanti adalah ketakwaan kepada Allah dan budi pekerti yang baik.” Riwayat yang lain mengggunakan redaksi, “Perkara yang paling berat ketika ditimbang di Mizan adalah budi pekerti yang baik.” Beliau pun bersabda, “Sesungguhnya engkau tidak akan mampu menolong semua orang dengan hartamu maka bantulah mereka dengan wajah yang ceria dan budi pekerti yang baik.” Sang Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pun pernah bersabda, “Sungguh, seorang hamba bisa mencapai derajat yang tinggi dan kedudukanyang mulia diakhirat dengan bekal budi pekerti yang baik meskipun ia lemah dalam beribadah.”
Hasan Al-Bashri menyatakan, “Barang siapa berperangai buruk, ia menyiksa dirinya sendiri.” Anas bin Malik r.a. mengatakan, “Seseorang bisa mencapai derajat yang tinggi dengan budi pekerti yang baik meskipun ia bukan ahli ibadah. Sebaliknya, meskipun gemar beribadah, seseorang bisa terdampar pada kedudukan yang paling rendah karena perangainya yang buruk.” Al-Kanani mengatakan, “Tasawuf adalah soal budi pekerti. Maka, barang siapa memiliki budi pekerti yang lebih baik daripada dirimu, berarti tasawufnya lebih baik daripada tasawufmu.” Ibnu Abbas mengutarakan, “Setiap bangunan mempunyai fondasi, dan fondasi Islam adalah budi pekerti yang baik.” Atha’ menyatakan, “Tidak ada orang yang berkedudukan tinggi, kecuali karena budi pekertinya yang baik.” Dan, hanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang mempunyai kesempurnaan budi pekerti. Karena itu, orang yang paling dekat dengan Allah adalah orang yang mengikuti Rasulullah dengan budi pekerti yang baik.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz
subhanallah bib,,,kami sangat terbantu dengan artikel2 atau tulisan2 yg memberikan pencerahan dan ilmu seperti ini. mudah-mudahan dakwah Nabi saw ini terus menggema di seluruh media informasi di zaman ini. amin ya rabbal alamin.