Kewajiban untuk Menghindari Cengkeraman Setan terhadap Hati dan Menutup Pintu-Pintu Masuknya
Ketahuilah bahwa hati bagaikan bangunan berbentuk kubah yang memiliki beberapa pintu, di mana berbagai orang bisa masuk ke bangunan itu melalui pintu-pintu itu. Hati juga bisa diumpamakan seperti suatu objek yang menjadi target dari anak panah yang datang kepadanya dari segala arah. Pintu-pintu masuk berbagai pengaruh yang datang silih berganti ke dalam hati, adakalanya berupa sesuatu yang konkret, seperti pancaindra; dan kadangkala berupa sesuatu yang abstrak, seperti imajinasi [khayal], nafsu, amarah, dan akhlak-akhlak yang terbentuk dari tabiat dasar seseorang.
Pengaruh paling pentingyang masuk ke hati adalah bersit-hati atau bisikan-hati (khawathir), yaitu sesuatu yang mewujud di hati berupa pikiran dan ingatan. Sesuatu yang mewujud di hati tersebut adakalanya berupa pengetahuan terbarui dan adakalanya pengetahuan lama yang terpendam. Dinamakan bersit-hati karena ia tebersit atau terlintas di hati setelah terlupakan.
Awal dari segala perbuatan adalah bersit-hati (lintasan hati). Bersit-hati kemudian menggerakkan keinginan; keinginan lantas menggerakkan kemauan; kemauan kemudian menggerakkan niat; dan niat lantas menggerakkan anggota badan.
Bersit-hati dibagi menjadi dua. Ada yang mengajak kepada kejahatan dan berdampak buruk; dan ada yang menyeru kepada kebaikan dan bermanfaat untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Dua jenis bersit-hati tersebut berbeda. Bersit-hati yang terpuji dinamakan ilham (bisikan malaikat), sedangkan yang tercela disebut waswas (bisikan setan). Perbe-daan berbagai kejadian disebabkan oleh perbedaan sebab-sebabnya.
Penyebab bersit-hati yang menyeru kepada kebaikan dinamakan malaikat, sementara penyebab bersit-hati yang mengajak kepada keburukan disebut setan. Adapun kelembutan yang membuat hati siap untuk menerima ilham dinamakan taufiq, sedangkan kelembutan yang membuat hati siap untuk menerima waswas dari setan disebut ighwa’ (penipuan) dan khidzlan (penyesatan).
Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang bertugas untuk melimpahkan kebaikan dan ilmu, menyingkap hakikat dan kebenaran, menjanjikan kebaikan, dan memerintahkan kepada kebaikan. Allah menciptakan dan menundukkannya untuk mengemban tugas-tugas seperti itu. Adapun setan adalah ciptaan Allah yang mempunyai peran yang bertolak belakang dengan peran malaikat, yaitu menjanjikan keburukan, memerintahkan kepada kejahatan, serta menakut-nakuti orang yang hendak berbuat kebaikan, misalnya dengan kemiskinan.
Jadi, waswas adalah kebalikan dari ilham, setan adalah lawan dari malaikat, dan taufiq adalah kebalikan dari ighwa’ dan khidzlan. Allah Swt. berfirman, Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan (QS Al-Dzariyat [51]: 49).
Jadi, segala yang wujud saling berkebalikan, kecuali Allah Swt. Sesungguhnya Allah itu esa tanpa kebalikan, tetapi Dia Maha Esa, Maha benar, Pencipta semua yang berpasangan.
Di dalam hati terjadi tarik-menarik antara setan dan malaikat. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah bersabda, “Didalam hati terdapatduasentuhan. Sentuhan dari malaikat merupakan janji kebaikan dan pembenaran terhadap kebenaran. Maka barang siapa mendapat sentuhan itu, ketahuilah bahwa itu datang dari Allah Yang Mahasuci, dan ucapkan puji syukur kepada-Nya. Sentuhan dari musuh (yaitu setan) merupakan janji keburukan, pendustaan terhadap kebenaran, dan larangan terhadap kebaikan. Maka barang siapa mendapatkan sentuhan (jahat) tersebut, hendaknya ia memohon perlindungan kepada Allah dari setan.” Kemudian Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam membaca firman Allah Swt., “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu.
Dan Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui’.’ Terkait dengan tarik-menarik hati oleh dua kekuatan ini, terdapat hadis yang menyatakan, “Hati orang mukmin berada di antara dua jari di antara jari-jari. Zat Yang Maha Penyayang nan Mahaluhur!’ Terkait dengan firman Allah Swt., (Aku berlindung kepada Allah) dari kejahatan (bisikan) setan yang tersembunyi (QS Al-Nas [114]: 4). Mujahid mengatakan, “Setan membentangkan tangannya kepada hati. Jika hati berzikir kepada Allah, setan meringkuk dan bersembunyi. Tetapi jika hati lalai, setan membentangkan tangannya menguasai hati. Mengenai tarik ulur tersebut, Allah Swt. berfirman, Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah (QS Al-Mujadilah [58]: 19). Ibnu Wadhdhah menyatakan terkait dengan sebuah hadis yang dilansirnya, “Jika seseorang telah mencapai usia 40 tahun, tetapi belum bertobat, setan mengusapkan tangannya ke wajah orang tersebut.” Ia menambahkan, “Demi ayahku, itulah wajah orang yang tidak beruntung.” Dengan demikian, sudah jelas kiranya makna waswas, ilham, malaikat, setan, taufiq, dan khidzlan.
Maka, sudah seharusnya hamba Allah memperhatikan setiap bersit yang terlintas di hatinya agar ia tahu apakah itu berasal dari sentuhan malaikat atau setan. Ia pun hendaknya memperhatikan hal tersebut dengan mata batin, cahaya ketakwaan, dan naluri ilmu, bukan dengan hawa nafsu. Sebagaimana firman Allah Swt., Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat dari setan, mereka pun segera ingat. Maksudnya, mereka segera berpaling kepada cahaya ilmu. Maka ketika itu juga mereka bisa melihat (QS Al-A’raf [7]: 201). Maksudnya, tersingkap bagi mereka segala kesulitan. Adapun orang yang tidak menempa dirinya dengan ketakwaan sehingga hatinya cenderung mematuhi tipu daya setan dan menuruti hawa nafsu, ia banyak melakukan kesalahan dan mempercepat kehancuran dirinya, tetapi ia tidak merasa.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz
🙂
🙂