Penyakit lisan Ketiga belas: Janji Dusta
Lisan sangat mudah mengucapkan janji, namun diri seseorang sering sulit untuk menepati janji. Yang terjadi kemudian, janji akan diingkari.
Allah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah segala Janji (QS Al-Ma’idah [5]: 1).
Allah telah memuji Nabi Ismail dengan firman-Nya, Sesungguhnya ia adalah orang yang benar janjinya (QS Maryam [19]: 54).
Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Nabi Ismail bejanji kepada seseorang untuk bertemu di suatu tempat. Tetapi orang tersebut kemudian tidak datang ke tempat itu karena lupa. Dan Nabi Ismaft tetap menunggunya di tempat itu selama dua puluh dua hari.
Menjelangwafatnya, Abdullah ibn Umar berkata, “Ada salah seorang dari kaum Quraisy telah melamar anak perempuanku, dan aku telah melakukan kesepakatan dengannya yang mirip dengan janji. Demi Allah, aku tidak mau bertemu Allah dengan membawa sepertiga sifat munafik (ingkar janji. Penerj.). Karena itu, saksikanlah bahwa pada hari ini aku menikahkannya dengan anak perempuanku!”
Tatkala Rasulullah sedang membagikan harta rampasan perang Hawazin, seseorang lalu datang seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau memiliki janji kepadaku” Rasulullah menjawab, “Engkau berkata benar, sebutkanlah permintaanmu!” Orang itu lalu berkata, “Aku meminta delapan puluh ekor kambing.” Rasulullah kemudian berkata kepadanya, “Aku penuhi permintaanmu, permintaanmu tidaklah terlalu sulit.”
jika seseorang berjanji, sedang dalam hatinya ada maksud untuk tidak menepati janji maka ini adalah kemunafikan.
Ahu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam bersabda, “Ada tiga perkara, yang jika ketiganya berada dalam diri seseorang maka ia adalah orang munafik, meskipun ia berpuasa, mengerjakan shalat dan merasa dirinya adalah seorang Muslim, yaitu apabila berbicara, ia dusta; apabila berjanji, ia mengingkari; dan apabila dipercaya, ia berkhianat”.
Dalam sebuah riwayat, “Tidak termasuk ingkar janji jika seseorang telah berniat untuk menepati janji (walaupun tidak terlaksana).”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz