Berbagai Penyakit Yang Timbul Dari Lisan
Penyakit Pertama: Ucapan yang Tidak Perlu
Maksudnya, engkau mengatakan sesuatu yang tidak kau perlukan. Akibatnya, waktumu sia-sia dan engkau mengambil sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik. Seandainya engkau memanfaatkan waktu tersebut untuk merenung, mungkin akan terbuka bagimu sebagian dari percikan rahmat Allah yang besar manfaatnya bagimu. Sekiranya engkau pergunakan waktu tersebut untuk berzikir kepada Allah, tentu saja itu lebih baik. Dan barang siapa sanggup untuk mendapatkan emas dan permata, tetapi ia hanya mengambil tanah yang tidak bermanfaat baginya, sungguh ia benar-benar rugi. Diam seorang mukmin adalah berpikir, pandangannya adalah mengambil pelajaran, dan ucapannya adalah zikir.
Modal pokok seorang hamba adalah waktu. Jika waktunya digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat, hilanglah modal pokoknya. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah bersabda, “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.”Anas bin Malik menuturkan, “Salah seorang bocah lelaki dari kelompok kami (kaum Anshar) meninggal sebagai syahid dalam Perang Uhud. Kami menemukan sebongkah batu mengganjal untuk menahan lapar di perutnya. Lantas ibunya berkata, ‘Selamat menikmati surga, Anakku.’ Lalu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda: ‘Engkau tidak tahu. Boleh jadi ia telah berbicara yang tidak perlu dan mencegah sesuatu yang tidak membahayakannya.'”
Batasan ucapan yang tidak perlu adalah ucapan yang bila kauucapkan, engkau tidak mendapatkan pahala; dan bila tidak kau ucapkan, engkau tidak mendapatkan dosa dan tidak pula membahayakan keadaan maupun harta.
Penyebab munculnya ucapan yang tidak perlu adalah hasrat untuk mengetahui sesuatu yang tidak dibutuhkan atau meluangkan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat.
Cara penyembuhannya ada dua. Dari sisi pemahaman, hendaknya seseorang menyadari bahwa napasnya adalah modal pokoknya, bahwa ia bertanggung jawab atas setiap perkataannya, bahwa lisan adalah alat yang bisa ia gunakan untuk mencapai derajat yang tinggi, dan bahwa menyia-nyiakan lisan adalah suatu kerugian yang nyata. Dari sisi amaliah, hendaknya seseorang mengharuskan dirinya berdiam diri terhadap sebagian hal yang berarti baginya agar lisannya terbiasa untuk meninggalkan hal yang tidak perlu. Kalau mau, ia bisa mengasingkan diri atau menyepi untuk berlatih diam.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz