Beberapa Manfaat Lapar
Mungkin Anda bertanya, “Mengapa ada keutamaan dalam lapar? Bukankah lapar hanya membuat lambung sakit?”
Orang yang meminum obat, lalu penyakitnya sembuh, lalu menganggap kesembuhan itu datang dari sifat pahit obat, sehingga ia meminum semua yang rasanya pahit, tentu saja ia salah kaprah. Akan tetapi, nilai manfaat obat ada pada sifat-sifat khususnya, yang hanya diketahui oleh para dokter.
Berikut ini akan saya jelaskan beberapa manfaat dari lapar:
Pertama, lapar bisa membersihkan hati, menyalakan bakat, dan menghidupkan mata batin. Ibnu Abbas mengatakan, “Siapa yang makan lalu tidur, hatinya menjadi keras.” Asy-Syibli menyatakan, “Setiap kali aku lapar karena Allah, aku senantiasa melihat di dalam hatiku ada sebuah pintu hikmah dan ibrah terbuka, yang sebelumnya belum pernah kulihat.”
Kedua, lapar melembutkan hati dan menjernihkannya. Dengan hati yang lembut dan jernih, seseorang akan siap mendapatkan kenikmatan dalam beribadah dan tersentuh oleh zikir. Hati yang lembut karena merasakan kelezatan dalam beribadah adalah faktor utama yang memudahkan pemikiran dan pencarian ilmu pengetahuan. Al-Junaid—rahimahullah—mengatakan, “Ada seseorang menempatkan kantong berisi makanan di dadanya, kemudian dia ingin mendapatkan manisnya munajat.” Bagaimana mungkin?
Ketiga, lapar melahirkan ketundukan dan melenyapkan kedurhakaan. Selama belum pernah menyaksikan kehinaan dan kelemahannya sendiri, seseorang tidak bisa melihat keagungan dan kemahakuasaan Tuhan. Ketika dunia dan seisinya ditawarkan kepada Nabi Shalallahu alaihi waalihi wa shahbihi wa salam., beliau menjawab, “Tidak. Aku akan menahan lapar sehari lalu makan sehari. Jika aku lapar, aku akan bersabar dan berdoa kepada-Nya; dan jika aku kenyang, aku akan bersyukur.”
Keempat, lapar mengingatkan pada cobaan dan azab Allah. Orang yang kenyang biasanya melupakan orang yang lapar. Sementara itu, orang yang cerdas ketika haus akan teringat pada kehausan yang menimpa semua makhluk di Padang Mahsyar, dan ketika lapar akan teringat pada kelaparan yang menerpa para penghuni neraka. Ketika para penghuni neraka itu kelaparan, mereka diberi makan dari pohon yang berduri dan zaqqum, dan diberi minum air yang sangat dingin dan cairan tembaga. Nabi Isa a.s. pernah ditanya, “Mengapa engkau lapar, padahal di tanganmu terdapat perbendaharaan bumi?” Ia menjawab, “Aku takut kenyang sehingga lupa kepada orang lapar.” Jadi, lapar bisa melahirkan sifat welas, kedermawanan, dan iba kepada sesama makhluk Allah.
Kelima, lapar bisa mematahkan nafsu untuk berbuat maksiat dan menundukkan nafsu penyeru kepada keburukan (ammarah bi al-su). Aisyah r.a. mengatakan, “Bid’ah pertama yang terjadi sesudah wafatnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam adalah kenyang.” Dzun Nun mengatakan, “Setiap kali aku kenyang, aku senantiasa bermaksiat atau mempunyai niat untuk: melakukannya.” Semua kemaksiatan yang dilakukan oleh anggota badan ditimbulkan oleh energi yang berasal dari kenyang.
Keenam, lapar bisa menahan kantuk dan memudahkan untuk beribadah malam. Sebaliknya, kebanyakan makan bisa menyia-nyiakan umur. Dan meskipun tidur bisa ditundukkan, lalu seseorang mengerjakan shalat tahajud, orang yang kekenyangan tidak akan mendapatkan kelezatan dalam beribadah.
Ketujuh, lapar memudahkan seseorang untuk tekun beribadah. Dengan menahan lapar, seseorang tidak akan disibukkan oleh urusan jual beli bahan makanan, memasak, dan bolak-balik ke kamar mandi. Sari As-Saqathi mengatakan, “Aku melihat Ali Al-Jurjani mempunyai sawiq (bubur dari tepung gandum) dan ia memakannya tanpa kuah. Lalu kutanyakan kepadanya, Apa yang membuatmu melakukan ini?’ Ali menjawab, ‘Antara mengunyah roti dan menyantap sawiq ada selisih waktu sebanyak 70 bacaan tasbih. Aku sendiri sudah 40 tahun tidak mengonsumsi roti.'” Lihatlah bagaimana beliau sangat berhati-hati dalam mengatur waktunya agar tidak hilang hanya untuk mengunyah roti. Puasa, iktikaf, dan menjaga diri tetap dalam keadaan berwudhu merupakan keuntungan yang sangat besar yang bisa dilakukan dengan mudah oleh orang yang makan sedikit. Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “Siapa yang makan hingga kenyang, ada enam dampak negatif baginya. Ia kehilangan manisnya beribadah, tidak mampu lagi memelihara hikmah, berkurang rasa ibanya kepada sesama, ibadah terasa berat baginya, dan bertambah nafsunya. Dampak terakhir, saat orang-orang mukmin beraktivitas di masjid, ia justru sibuk beraktivitas di sekitar tempat sampah dan toilet.”
Kedelapan, lapar bisa menyehatkan badan dan mencegah datangnya penyakit karena lambung adalah habitat bagi berbagai penyakit. Hadis Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan, “Berpuasalah maka kalian akan sehat.“Jadi, puasa dan sedikit makan menyehatkan badan dan hati.
Kesembilan, sedikit makan meringankan biaya hidup. Para bijak mengatakan, “Sesungguhnya aku memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupku dengan mengabaikannya (tidak memenuhinya) sehingga lebih melegakan hatiku.”
Kesepuluh, sedikit makan memungkinkan seseorang untuk menyedekahkan kelebihan makanan sehingga pada Hari Kiamat nanti ia dinaungi oleh sedekahnya.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz