Tanda-Tanda Penyakit Hati dan Kesembuhannya
Keistimewaan jiwa anak Adam yang membedakannya dari hewan adalah kemampuan untuk mengetahui tentang segala hal sebagaimana adanya. Asal muasal segala sesuatu, dan penciptanya adalah Allah. Maka apabila manusia telah mengetahui segala hal, tetapi belum mengenal Allah, seakan-akan ia belum mengetahui apa-apa. Tanda-tanda mengenal adalah cinta. Maka barang siapa mengenal Allah, berarti ia mencintai-Nya. Adapun indikasi bahwa ia mencintai Allah, ia tidak mengutamakan dunia dan hal-hal lainnya melebihi Allah. Allah Swt. berfirman, Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya” (QS Al-Taubah [9]: 24). Maka barang siapa mempunyai sesuatu yang lebih ia cintai daripada Allah, berarti hatinya sakit.
Di antara penyakit-penyakit hati, ada yang kehadirannya tidak diketahui sang pengidap penyakit. Ada kalanya si sakit mengetahui adanya penyakit, tetapi ia tidak sanggup bersabar untuk menelan pahitnya obat, karena obat bagi penyakit hati adalah melawan nafsu. Kadang pengidap penyakit hati mampu bersabar dalam berobat, tetapi ia tidak menemukan dokter yang mumpuni untuk mengobatinya. Adapun tanda-tanda kesembuhan adalah istiqamah dalam men-jalankan semua budi baik secara proporsional, tidak berlebihan dan tidak terlalu sedikit.
Ketika jalan tengah yang hakiki begitu samar, bahkan lebih lembut daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang, maka orang yang sanggup berjalan di atas jalan tersebut di dunia berhak untuk bisa berjalan di jalan yang serupa (yaitu al-shirath al-mustaqim) di akhirat. Allah Swt. berfirman, Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut (QS Maryam [19]: 71-72). Yang dimaksud dengan orang-orang yang bertakwa pada ayat ini adalah orang-orang yang lebih dekat pada jalan yang lurus. Dan karena istiqamah itu sulit, setiap hamba diharuskan untuk berdoa, “Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus” (QS Al-Fatihah [1]: 6). Sebanyak 17 kali dalam sehari. Surah Al-Fatihah tersebut wajib dibaca dalam setiap rakaat shalat.
Diriwayatkan bahwa ada sebagian orang bermimpi melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salamDalam mimpinya ia bertanya, “Engkau telah mengatakan, ‘Surah Hud telah membuatku beruban.’ Mengapa demikian?” Rasulullah menjawab, “Karena firman-Nya, ‘Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang lurus), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu‘” (QS Hud [11]: 112].
Oleh karena itu, setiap orang hendaknya berupaya sungguh-sungguh untuk mendekat pada derajat istiqamah jika memang belum mampu beristiqamah yang sebenarnya. Marilah kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertakwa.
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz